Current ratio (rasio lancar) merupakan jenis dari rasio likuiditas. Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan membayar seluruh kewajiban fianansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Untuk mengetahui sejauh mana perusahaan dapat menjaga tingkat likuiditasnya, maka analisa terhadap rasio-rasio likuiditas dapat digunakan. Dengan menggunakan analisa ini perusahaan bisa melakukan pembenahan terhadap tingkat likuiditasnya untuk masa depan.
Menurut Munawir (2005:72), rasio yang paling umum digunakan untuk menganalisis posisi modal kerja perusahaan adalah current ratio yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar yang segera dapat dijadikan uang ada sekian kalinya dari hutang jangka pendek. Current ratio 200% dianggap sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya ratio tergantung pada beberapa faktor. Current ratio 200% hanya merupakan kebiasaan (rue of thumb) dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitiaan atau analisa yang lebih lanjut.
Munurut Munawir (2005:72) Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkiin sulit untuk ditagih.
Current ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas yang rendah daripada aktiva lancar dan sebaliknya. Menurut Munawir (2004:72), sebelum membuat kesimpulan akhir dari analisa current ratio, terlebih dahulu harus dipertimbangkan faktor-faktor tertentu, yaitu:
- Distribusi atau proporsi dari aktiva lancar suatu perusahaan.
- Syarat yang diberikan oleh kreditor kepada perusahaan dalam mengadakan pembelian maupun syarat kredit yang diberikan oleh perusahaan dalam menjual barangnya.
- Present value (nilai sesungguhnya) dari aktiva lancar, karena ada kemungkinan perusahaan mempunyai saldo piutang yang cukup besar tetapi piutang tersebut sudah lama terjadi dan suliit ditagih sehingga nilai realisasinya mungkin lebih kecil dibandingkan dengan nilai yang dilaporkan.
- Kemungkinan perubahan nilai aktiva lancar. Jika nilai persediaan semakin turun (deflasi) maka aktiva lancar yang besar (terutama ditunjukkan dalam persediaan) tidak menjamin likuiditas perusahaan.
- Perubahan persediaan dalam hubungannya dengan volume penjualan sekarang atau di masa yang akan datang, yang mungkin adanya over investment dalam persediaan.
- Kebutuhan jumlah modal kerja di masa mendatang, semakin besar kebutuhan modal kerja di masa yang akan datang maka dibutuhkan adanya rasio yang besar pula.
Dalam menganalisis atau menghitung current ratio, perlu diperhatikan kemungkinan adanya manipulasi data yang disajikan oleh perusahaan atau dikenal dengan adanya window dressing, yaitu dengan cara mengurangi jumlah hutang lancar yang mungkin diimbangi dengan mengurangi jumlah aktiva lancar dalam jumlah yang sama (lebih-lebih adanya pengurangan hutang lancar yang tidak diimbangi dengan penurunan jumlah aktiva lancar). Menurut Munawir (2005:73), pengurangan jumlah hutang lancar dan aktiva lancar dalam jumlah yang sama akan menaikkan atau mempertinggi current ratio yang dihitung, hal ini dapat dibuktikan dari contoh sebagai berikut:Â Â
Aktiva Lancar:
Kas                                                    Rp  5.000.000,-
Piutang dagang                                  Rp 12.500.000,-
Piutang wesel                                     Rp 10.000.000,-
Persediaan                                         Rp 25.000.000,-
Persekot biaya                                    Rp  7.500.000,-