Mohon tunggu...
Murdiono Mokoginta
Murdiono Mokoginta Mohon Tunggu... Sejarawan - Sejarawan/ Penulis Artikel/ Kolomnis

Penulis yang fokus pada riset-riset sejarah lokal terutama di wilayah Bolaang Mongondow Raya, Sulawesi Utara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kiprah Ahmad Yunus Mokoginta dalam Divisi Siliwangi

2 Januari 2025   16:04 Diperbarui: 2 Januari 2025   16:24 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Letkol A.Y. Mokoginta melaporkan kedatangan Pasukan Hijrah Siliwangi Kepada Panglima Besar Soedirman  (Disjarahdam VII/Siliwangi, 1979: 137) 

"Perang dan perlawanan adalah konsekuensi daripada Kemerdekaan. Maka setiap orang yang mengaku setia kepada Ibu Pertiwi menyerahkan jiwa raga mereka untuk mempertahankan kemerdekaan, buah daripada Proklamasi 17 Agustus 1945." (Ahmad Yunus Mokoginta)

Letnan Jendral (TNI) Ahmad Yunus Mokoginta sebagai putra Bolaang Mongondow telah menghabiskan sebagian hidupnya untuk menjadi putra pertiwi yang turut berjuang mempertahankan Kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Revolusi Indonesia antara tahun 1945-1949 menjadi titik penting untuk menentukan nasib bangsa Indonesia dalam memperjuangkan cita-cita kemerdekaanya. Untuk itu pada masa ini banyak peristiwa-peristiwa penting yang terjadi baik perang dan diplomasi untuk memperoleh kemerdekaan dan pengakuan atas perjuangan bangsa Indonesia.

Pertempuran Surabaya, Medan Area, Ambarawa, Bandung Lautan Api mungkin melekat dalam memori kolektifitas bangsa Indonesia sebagai bukti kesunguhan dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa meski berada di bawah desingan peluru musuh.

Perjanjian Linggarjati (25 Maret 1947), Perjanjian Renvile (17 Januari 1948), Perjanjian Roem-Royen (7 Mei 1949), hingga Konferensi Meja Bundar (KMB) yang berujung pada pengakuan kedaulatan 27 Desember 1949 adalah diplomasi-dilpomasi yang dilakukan untuk menentukan nasib bangsa yang masih berada dalam bayang-bayang Belanda. Semua perjuangan itu adalah bukti bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang kuat dan siap menghadapi segala macam ancaman baik dalam kondisi perang maupun damai.

Beberapa babakan penting sejarah tersebut turut membawa seorang putra Bolaang Mongondow Ahmad Yunus Mokoginta (selanjutnya A.Y. Mokoginta) ke dalam medan perjuangan. A.Y. Mokoginta menjadi simbol kebangaan orang Mongondow akan peran mereka dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Hingga kini kiprah dan perjuangan beliau telah cukup banyak ditulis untuk menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia khusunya di Bolaang Mongondow Raya. Untuk itu, catatan ini juga hanya menjadi pelengkap saja beberapa informasi yang telah banyak diulas tentang diri beliau. Catatan ini mencoba mengungkap beberapa peran beliau secara khusus dalam Divisi Siliwangi sebagaimana yang dicatat dalam buku "Siliwangi dari Masa ke Masa" yang disusun oleh Dinas Sejarah Kodam Militer (Disjarahdam) VI/ Siliwangi, diterbitkan pada tahun 1979 oleh Penerbit Angkasa Bandung.

A.Y. Mokoginta lahir di Kotamobagu pada 28 April 1921. Ayahnya bernama Abram Patra Mokoginta yang merupakan Djogugu Kerajaan Bolaang Mongondow. Sedangkan ibunya Bua Baay Cornelis Manoppo adalah putri Raja Bolaang Mongondow Datoe Cornelis Manoppo (1901-1926). A.Y. Mokoginta meski hidup sebagai bagian dari keluarga kerajaan terpandang, namun sikap dan prinsipnya mulai terbentuk dari pergulatan dan pengalamannya selama ia menempuh pendidikan militer di Akademi Militer Breda. Jiwa patriotik tumbuh di tempat ini seiring dengan pertemanannya dengan Nasution, Kawilarang, dan kawan seangkatannya. Berikut adalah beberapa kiprah beliau dalam Divisi Siliwangi.

Komandemen Jawa Barat-Jakarta Raya

A.Y. Mokoginta menjadi prajurit Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang bertugas di Komandemen Jawa Barat-Jakarta Raya. Nama Resmi Komandemen Jawa Barat adalah Komandemen I Jawa Barat dan berkedudukan di Purwakarta. Panglimanya adalah Didi Kartasasmita dengan pangkat Mayor Jendral, sedangkan Abdul Haris Nasution dengan pangkat kolonel ditetapkan sebagai Kepala Stafnya. Pada Mulanya Komandemen I Jawa Barat itu berkedudukan di Tasikmalaya. Akan tetapi pindah ke Purwakarta (Disjarahdam VI/ Siliwangi, 1979: 31).

Ajudan pada Komandemen I adalah Kapten A.Y. Mokoginta. Di antara para perwira stafnya adalah Kolonel Abdul Kadir yang kemudian diangkat menjadi Paglima Divisi "Sunan Gunung Jati" di Cirebon. Selanjutnya Letnan Kolonel Hidayat Sukarmawijaya (kemudian menjadi Komandan Resimen di Bogor), Letnan Kolonel Rakhman Kartakusumah, Mayor Akhmad Sukarmawijaya, Mayor A.E. Kawilarang yang kemudian dipindahkan ke Bogor untuk menjabat Kepala Staf Resimen (Disjarahdam VI/ Siliwangi, 1979: 31).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun