Mohon tunggu...
Dionisius Yusuf
Dionisius Yusuf Mohon Tunggu... Guru - Hanya seorang pendidik

Seseorang yang sedang belajar menulis tentang banyak hal, silahkan colek saya di IG @ichbindion, dan FB Dionisio Jusuf

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menyerahkan Diri

8 Agustus 2020   12:29 Diperbarui: 8 Agustus 2020   12:25 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Setelah mendapat konfirmasi dari IGD, lalu saya dipersilahkan untuk menuju IGD. Setelah memarkir motor, lalu saya menuju ruang pendaftaran. Di ruang pendaftaran tersebut sudah berjejer dokter-dokter muda yang siap membantu. Sebelum si dokter bertanya, saya terlebih dahulu bertanya, “Maaf dok, apakah disini saya harus bayar?”. Si dokter tertawa kecil. Lalu si dokter menjawab, “Tidak Pak. Disini semua gratis. Bapak tidak akan dipungut biaya apapun juga”. 

Ah, lega rasanya. Kebayang kan kalau di rumah sakit, belum apa-apa sudah dimintain uang deposito. Setelah percakapan tersebut, lalu dokter bertanya tentang riwayat saya; kapan saya terpapar Covid-19, dimana, terus tes dimana, dan beberapa pertanyaan lainnya. Setelah itu, dokter tersebut meminta hasil rapid test dan bukti swab. 

Berhubung saya belum mendapatkan hasil swab dari rumah sakit, saya cuma menunjukan bukti pembicaraan via whataspp (WA), dan itu bisa diterima oleh dokter yang mendata saya. Betapa mudahnya proses untuk mendaftar di Wisma Atlet. Dalam pendataan tersebut, saya sempat bertanya kepada dokter yang mencatat pendaftaran saya. 

Berapa banyak isi satu tower, si dokter mengatakan seribu lebih, tepatnya dia kagak hafal, dan katanya 80% dari total pasien adalah orang tanpa gejala atau OTG layaknya saya. Dahsyat banget ya virus brengsek ini….

Setelah pendataan, lalu saya diantar ke ruang IGD (tepatnya bangsal). Waktu saya tiba dibangsal, cuma ada 3 orang. Sebelah saya ada seorang mbak (yang akhirnya saya mengetahui bahwa mbak tersebut tadinya mau bekerja sebagai asisten rumah tangga di Jakarta) dan didepan saya tampak seorang bapak setengah baya.

Setelah saya meletakkan tas, saya duduk dan timbul rasa iseng untuk memulai mengenai si mbak yang sedang duduk termenung. Singkat cerita, saya bertanya kepada si mbak kenapa bisa sampai di Wisma Atlet. Kisah pilu dialamai oleh si mbak.

Mbak yang akhirnya saya ketahui berasal dari Lampung memulai cerita harunya kepada saya. Mbak tersebut mengatakan bahwa dia berasal dari Lampung dan datang ke Jakarta untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga. 

Dia datang dari Lampung menggunakan mobil travel. Ketika sampai di rumah majikannya, dia lalu disuruh test swab oleh si majikan. Betapa kagetnya dia karena hasil swab memperlihatkan bahwa dia positif terinfeksi Covid-19. Setelah mengetahui dirinya positif, lalu si majikan mengusir dirinya dan menempatkan dirinya di tempat kontrakan. 

Mbak tersebut bercerita bahwa selama berada di rumah kontrakan, dia tidak pernah dikasih makan oleh calon majikannya. Dia terpaksa membeli makanan sendiri diluar rumah kontrakan. Duh...saya tidak dapat membayangkan sudah berapa banyak orang yang tertepar dari si mbak tersebut. Setelah beberapa hari di rumah kontrakan, mbak tersebut menceritakan bahwa dia memberanikan diri untuk menelepon dinas kesehatan Lampung. 

Dari hasil percakapan dengan dinas kesehatan, si mbak disarankan untuk datang ke Wisma Atlet. Mbak tersebut mengatakan bahwa proses kedatangannya di Wisma Atlet dibantu oleh Dinas kesehatan Lampung. Setelah mendapat konfirmasi dari Dinas kesehatan Lampung, lalu si mbak berangkat Wisma Atlet dengan menggunakan bajaj. 

Catat teman-teman, si mbak berangkat sendiri ke Wisma Atlet. Hal ini karena calon majikannya tidak bersedia mengantarkannya ke Wisma Atlet. Di akhir pembicaraan, saya berkata bahwa saya akan berdoa supaya dia dapat segera pulih dan kembali ke kampung halamannya di Lampung (karena katanya dia kapok mencari kerja di Jakarta). Betapa kejamnya hidup di Jakarta, teman-teman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun