Mohon tunggu...
din saja
din saja Mohon Tunggu... Seniman - Penyair, penulis esai dan sutradara drama

Senang melihat orang lain senang Susah melihat orang lain susah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesenian di Aceh

19 Juli 2024   23:26 Diperbarui: 19 Juli 2024   23:33 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Waktu terus bergulir, peranan seniman Aceh di sekitar tahun 70-an, baikdari seniman yang berupaya melanjutkan kesenian tradisional yang ditinggalkan pendahulunya maupun kesenian moderen yang muncul belakangan, upaya sungguh-sungguh para seniman untuk terus berkiprah menghasilkan karya dan menampilkannya di hadapan publik, meskipun perjuangan demikian tanpa adanya dukungan donasi, termasuk dari pemerintah, kecuali pertunjukan Sandiwara Aceh dan penampilan Adnan PMTOH dengan menjual tiket.

Kesenian Aceh terus berlangsung, para senimannya banyak yang meninggal dunia, kehidupan ekonominya dapat dikatakan sangat memilukan, dari latar situasi dan keadaan demikianlah lalu lahir dan terbentuklah Dewan Kesenian Aceh (DKA) dengan menyandang cita-cita mulia demi memecahkan problematikan kesenian dan mengubah keadaan, DKA lalu mengemban cita-cita untuk dapat mencarikan bantuan agar seniman bisa menampilkan karya seninya, dengan harapan dari pertunjukan nantinya dapatlah tersisa sedikit dana untuk biaya hidup seniman.

Selanjutnya, sampai sekitar tahun 90-an, ternyata kehadiran DKA justru kian tidak berdaya, berbagai harapan semula dunia seni yang disandingkan oleh kehadiran lembaga ini bagai kehilang fungsinya, inilah yang menyebabkan dilakukannya pertemuan, menggiring seniman untuk bertemu di Gedung Tertutup Taman Budaya Aceh tujuannya pada saat itu agar kesepahaman dapat diraih sesama seniman sehingga lahirnya kesepakatan pengusulan kepada Gubernur Aceh untuk dapat kiranya membentuk Dinas Kebudayaan Aceh, gubernur ketika itu langsung menyetujui dan beberapa lama kemudian, terbentuklah Dinas Kebudayaan Aceh tersebut.

Sejak Dinas Kebudayaan Aceh terbentuk, seniman Aceh dapat sedikit merasa lega, berbagai problema ketidakmampuan yang dirasakan seniman mulai terpecahkan, semangat berkarya kembali menyala serta kembali dapat menyokong ekonomi seniman, namun dalam perjalan waktu, Aceh mengalami situasi konflik serta gempa bumi dan tsunami, seniman Aceh kembali ditimpa kesusahan dalam upaya berkarya dan kesulitan ekonomi menjelma sebagai tantangan kembali.

Namun, begitupun, seniman Aceh ikut berperan dalam suasana yang tidak kondusif itu, seniman bahkan ada yang hilang di masa konflik, ada yang dicari-cari Satuan Gabungan Intelijen, banyak juga seniman hilang disinyalir akibat bencana gempa dan gelombang tsunami yang menyusuli peristiwa memilukan tahun 2004.

Hingga saat ini, situasi yang terus berubah dan menantang terus dilalui para seniman Aceh, dengan tetap berkarya, meskipun untuk itu ada yang dengan terpaksa meminta-minta bantuan kepada yang mau menyokong agar kesenian di Aceh tetap hidup dan bertahan, DKA justru tidak berdaya sama sekali, jika pun hendak ingin dikatakan lembaga tersebut kiat tenggelam oleh problema internal.

Kini yang masih hidup dan berjaya hanya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, membaca ini semua, sepertinya seniman Aceh dan karya seni di Aceh yang telah diciptakan dapat dianggap tidak masuk dalam pembangunan, hal tersebut dikenali dari peranan seniman dan kesenian Aceh yang telah dianggap tidak saling berkait langsung dengan dinas di bawah Gubernur Aceh yang justru dibentuk untuk mengayomi dan menciptakan terobosan kebijakan nyata guna menyokong tumbuh kembangnya kesenian Aceh moderen dan pemertahanan kesenian Aceh yang telah mentradisi.

Memang, ada juga yang berpendapat, siapa suruh menjadi seniman? Ada juga yang berpikir, apakah tanpa seniman akan lahir karya seni, baik untuk keperluan hiburan maupun yang bernilai tidak semata komersil namun dapatlah menjadi edukasi, pencerahan dan pengetahuan.

Wallahu Alam,
Salam Hormat,


Din Saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun