Mohon tunggu...
Dinoto Indramayu
Dinoto Indramayu Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar, belajar dan belajar....

Setiap saat saya mencoba merangkai kata, beberapa diantaranya dihimpun di : www.segudang-cerita-tua.blogspot.com Sekarang, saya ingin mencoba merambah ke ranah yang lebih luas bersamamu, Kompasiana....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penyalahgunaan Kendaraan Plat Merah

11 Januari 2018   11:26 Diperbarui: 11 Januari 2018   16:37 2411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alasan waktu itu adalah demi keamanan, mengingat plat merah jadi incaran demonstran.  Pemakai mobil itu pun menjelaskan kalau plat nomor itu merupakan nomor resmi, nomor rahasia.  Lengkap juga disertai dengan STNK nomor yang sama.

Sebelum mendapatkan penjelasan yang pasti soal itu, fenomena penggantian plat nomor itupun berakhir.  Kembali kepada nomor yang lama, nomor bagus yang cukup satu digit.  Plat merah!

Oleh karena itu, menjadi pengalaman baru ketika harus menjumpai plat nomor dengan warna lain.  Okey lah kalau platnya berwarna putih, bisa tulisannya hitam atau merah.  Sudah biasa.  Tetapi kalau ada plat coklat-tua?

Dengan plat nomor coklat-tua, mata lamur akan melihatnya merah saat siang atau benderang.  Malam hari?  Hitam!!!  Kenapa demikian ya?  

Normalnya, kalau memang kendaraan milik rakyat ini hanya digunakan untuk kepentingan dinas maka tidak perlu melakukan hal yang tidak semestinya seperti ini.  Repot-repot bikin plat nomor dengan warna baru....

Lebih hebat lagi, banyak mobil milik rakyat yang dengan alasan pribadi berubah menjadi milik pribadi.  Tidak jarang mobil yang sama suatu saat berplat merah, di lain waktu ganti nomor.  Bukan alasan demi keamanan seperti dua piuluh tahun yang lalu.

Ingat dilematika subsidi?  Ketika mobil ber-plat merah tidak boleh menggunakan BBM bersubsidi?  Tidak sedikit pejabat tinggi yang turun pangkat menjadi tukang bengkel, mencongkal-cangkel mur dan baut, hingga mengganti plat merahnya dengan si hitam demi mendapatkan premium yang digadang-gadang hanya untuk orang miskin.

Ada juga yang merancang tempat plat nomornya sedemikian rupa sehingga menjadi sangat mudah untuk bongkar pasang.  Jadi tidak perlu lepas jabatan, berganti senjata dari pena menjadi obeng.  

Benarkah kebiasaan ini berhenti setelah dilematika subsidi berakhir?  Saat pertalit menjadi BBM alternative?  Alhamdulillah jika memang ya.  Tetapi ternyata tidak demikian adanya.  Masih ada mobil milik rakyat dipakai pejabat lewat dengan plat yang tidak semestinya. 

Sebagian mobil rakyat yang mestinya ber-plat merah ini pun lebih pintar.  Bukan hanya ganti plat nomor tetapi juga warnanya menjadi tidak sesuai dengan apa yang ada di STNK dan BPKB.  Soal penggunaan sudah pasti makin jauh dari rencana awal pembelian aset pemerintah itu.

Pada akhirnya kita kembali ke adegium lama, "Ikan busuk dari kepalanya....!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun