Mohon tunggu...
Dinoto Indramayu
Dinoto Indramayu Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar, belajar dan belajar....

Setiap saat saya mencoba merangkai kata, beberapa diantaranya dihimpun di : www.segudang-cerita-tua.blogspot.com Sekarang, saya ingin mencoba merambah ke ranah yang lebih luas bersamamu, Kompasiana....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Potret Buram Pemberdayaan Masyarakat

21 November 2014   18:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:13 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

48.87

52.63

73.56

27.53

344.20

57.37

Diolah dari Tabel 5 (Yansen Tipa Padan, 2014)

Keadaan ini diperparah oleh rendahnya tingkat pemahaman BPD dan LPMD terhadap pengawasan dan pengendalian.Bahkan partisipasi kedua lembaga tersebut dalam penyusunan laporan pengawasan dan pengendalian tidak kalah rendahnya dengan masyarakat pada umumnya.

Peran fasilitator dan Satgas sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan lemahnya pemahaman masyarakat dalam hal ini.Jika pemahaman masyarakat tentang pengawasan dan pengendalian ini tidak segera diatasi maka bukan tidak mungkin akan menjadi titik lemah pelksanaan GERDEMA.Bukankah kekuatan seutas rantai sangat tergantung kepada mata rantai terlemah?



Kesimpulan

Sebagai bagian dari masyarakat yang pernah aktif terlibat dalam perencanaan pembangunan secara partisipatif, saya menganggap bahwa pelaksanaan GERDEMA di Kabupaten Malinau selama tahun 2012 dan 2013 merupakan potret muram pemberdayaan masyarakat.Hal ini berdasarkan data yang disampaikan dalam buku Dr. Yansen sendiri yang menyatakan bahwa :


  1. Pemahaman masyarakat dsalam proses perencanaan hanya 41.34%
  2. Pemahaman masyarakat dalam proses penganggaran hanya 43.56%
  3. Pemahaman masyarakat dalam pelaksanaan hanya 55.03
  4. Pemahaman masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian hanya 27.53

Dengan kata lain, proses pembangunan yang bertumpu dan digadang-gadang sebagai dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, ternyata sekilas hasilnya sama seperti proses pembangunan umumnya.Hanya berhasil sedikit mendongkrak masyarakat untuk melebih mengatahui tentang pelaksanaan GERDEMA saja.

Namun demikian, sebagai fasilitator pemberdayaan masyarakat, saya memandang hal ini sesungguhnya merupakan titik terang.Banyak tantangan yang dapat segera dirubah menjadi potensi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Sungguh sayang buku Revolusi dari Desa itu tidak dilengkapi dengan sedikit saja instrument yang digunakan dalam memberdayakan masyarakatnya yang masih sangat akrab dengan alam itu.Kalau saja ada, mungkin bias menjadi bahan diskusi yang dapat menghasilkan formula terbaik dan sesuai dengan kondisi setempat.

Saran

Sekali lagi, potret muram yang saya sampaikan ini sesungguhnya adalah potensi terpendam yang dapat dirubah menjadi hasil maksimal dengan tiga syarat :


  1. Sebanyak mungkin melibatkan unsur masyarakat
  2. Instrumen yang digunakan disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat
  3. Fasilitator handal yang biasamerangkul semua pihak untuk belajar bersama

Penyempurnaan dalam proses pelaksanaan GERDEMA ini harus segera dilaksanakan, karena hasil yang baik tentu saja berasal dari proses yang baik pula.

Sebagai penutup, saya menantang Pemerintahan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia untuk belajar dari perbatasan Negeri Jiran ini.Membaca dan memahami buku Dr. Yansen. Jangan memandang sebagai konsep lama, tetapi berempatilah, banyak pelajaran yang bias dipetik untuk diterapkan disesuaikan dengan kondisi setempat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun