Pernah suatu malam kami dikejutkan oleh adanya beberapa orang yang naik ke atap kami. Ternyata beberapa polisi yang mendapat informasi adanya maling yang lari ke loteng kami. Beruntunglah maling itu tidak ada disana, kalau ada, tentu kami yang tidak tahu apa-apapun akan ikut direpotkan untuk mengurus perkara.
Di siang bolong pun seorang maling dengan pintarnya beraksi, sebuah motor baru yang diparkir di depan rumah diamankannya dengan mudahnya. Tidak ada yang curiga, tetangga lain menganggap laki-laki yang duduk-duduk di rumah itu sebagai tamu yang menunggu tuan rumah.
Pada kesempatan lain sebuah kendaraan roda empat pun ada yang menjebol dan mencurinya. Sungguh semaakin komplekslah permasalahan di permukiman kami. Jauh dari rasa aman dan tenteram sebagaimana diharapkan semua penghuni.
Masalah keamanan tentu saja tidak dapat kami lakukan sendiri, perlu kerjasama dengan semua pihak, termasuk Ketua RT dan RW. Rumah kami diberi penerangan yang cukup baik di lantai bawah maupun atas, termasuk di bagian atap. Pintu dan jendela berteralis. Khusus teralis pintu dilengkapi dengan kasa nyamuk, sehingga bukan saja sebagai pengaman dari pencurian tetapi juga menjadi ruang masuknya udara segar tanpa diikuti nyamuk dan serangga. Pagar depan dan pagar belakang pun dibuat tinggi tanpa menutupi pandangan dengan tetangga.
Sementara untuk kepentingan keamanan bersama, kami hanya menyarankan kepada Ketua RW untuk memikirkan dan mendiskusikan cara menjaga keamanan seluruh penghuni permukiman. Sedah sejak lama di kompleks kami ada pos keamanan yang sejak lama tidak pernah dipakai, juga pos kecil yang menjadi pangkalan tukang becak. Satu lagi adalah pos yang dibuat Ketua RW di depan rumahnya untuk kepentingan keluarga.
Alhamdulillah, tidak berapa lama keinginan itu terwujud. Rumah Ketua RW yang terletak di depan jalan masuk/keluar permukiman diberi portal. Sementara pos pribadi dijadikan pos keamanan bersama. Sementara untuk petugas keamanan diangkatlah dua orang Satuan Pengaman yang dibayar dari iuran bulanan.
Tentu saja Ketua RW berkorban lebih, memberikan konsumsi harian kepada petugas keamanan dan beberapa orang warga yang ikut menghabiskan malam di pos keamanan. Imbalannya pun tidak sedikit, keamanan dijaga penuh setiap saat. Para penghuni permukiman yang lain merasakan keamanan yang diidamkan.
Saat ini kami sedang berpikir tentang pemecahan bersama untuk mengatasi banjir yang beberapa bulan yang lalu terjadi. Permukiman kami digenangi air setinggi lutut hingga satu meter sampai dua minggu lamanya. Tidak ada rumah yang bebas banjir, kalau ada yang tidak kemasukan air hanyalah rumah kami yang lantainya kami tinggikan hampir satu meter dari posisi semula. Tetapi kamipun terkena dampaknya, kendaraan tidak bisa dengan mudah keluar, pulang-pergi kantor harus nyokor atau menggunakan sepatu boat tinggi.
Setelah banjir usai, beberapa warga yang masih trauma mengatasi permasalahan sendiri-sendiri. Meninggikan jalan di depan rumahnya masing-masing. Sebuah tindakan yang bagus tetapi penuh emosional sehingga mereka menyelesaikan masalah dengan tindakan yang akan mengantarkan mereka ke masalah baru.
Tentu saja kami tidak bisa mencegah ataupun bertukar pikiran dengan mereka yang masih trauma direndam air bah. Sebuah kejadian yang sebenarnya tidak pernah terjadi sebelumnya, bahkan selama 15 tahun kami menghuni permukiman tersebut baru kali ini terjadi. Biasanya hanya banjir kalau hujan lebat dan segera hilang dalam hitungan menit.
Banyak warga yang meninggikan jalan di depan rumanya, ada yang 10 cm ada juga yang lebih tinggi dari 20 cm. Diantara jalan yang sudah tinggi, ada beberapa yang tidak mau atau belum meninggikan jalan sehingga menjadi permasalahan ketika melalui jalan tersebut dengan kendaraan, khususnya roda empat. Permasalahan lain pun segera terjadi ketika hujan turun, rumah warga yang posisinya lebih rendah dari jalan menjadi tempat terbaik untuk air menggenang.