Mohon tunggu...
Dino
Dino Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 39 Jakarta

Di atas sana, di ladang awan Senyummu membelai matahari yang malu Angin berbisik memperdengarkan Bahwa senyummu meruntuhkan langit yang biru.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pesonamu

13 Mei 2024   11:05 Diperbarui: 13 Mei 2024   11:23 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pesonamu, sumber gambar: pexels

Kamu begitu mempesona alam raya

saat diriku ingin melihat rembulan

aku tidak perlu menatap ke atas sana ke arah langit yang luas

aku hanya perlu mengalihkan pandanganku kepadamu

maka akan ku lihat sang rembulan yang cantik dan penuh kelembutan

aku hanya perlu melihat dirimu untuk mengerti bahwa kamulah sang dewi malam

Aku tau mencintaimu bagaikan menggenggam bara api

aku tau merindukanmu sama dengan menusuk jantungku sendiri

aku tau memimpikanmu sepanjang malam bagaikan Nuh membangun bahtera

aku mengerti tersenyum untukmu bagaikan memcoba membelai angin

kamu begitu mempesona

aku hanya masa yang akan padam ditelan usia

Aku tidak pernah mengeluh dalam mencintaimu

walaupun mencintaimu penuh dengan peluh

aku tidak pernah merasa sakit dalam merindukanmu

walaupun merindukanmu penuh dengan luka menyayat

karena kamu telah menikamku dengan cintamu

karena kamu telah memberikanku syurga dengan mencintaimu

Tuhan menciptakanmu saat senja menghampiri ingin memelukku

Tuhan mempertemukan kamu saat aku dan kamu telah terbagi

tidak ada yang salah untuk itu

hanya pesonamu membuat burung-burung lupa berkicau

hanya pesonamu membuat kawanan ikan lupa berenang

tidak ada yang salah untuk itu

Aku akan tetap menemanimu saat badai datang bergemuruh

aku akan tetap di bawah hujan saat halilintar menggelegar

aku akan tetap mengenalimu walaupun gelap melanda semesta

aku dapat merasakan hadirmu dalam sapaan angin

aku dapat mencium harummu saat kau hadir dalam lintasan sirat

aku dapat melihatmu dari kejauhan walaupun tertutup debu vulkanik

Alismu seindah garis cakrawala dimana garis langit dan tanah bertemu

matamu begitu indah bagaikan bianglala yang terbit sehabis hujan

hidungmu adalah prosa paling sempurna di atas nabastala

dan senyummu selalu membuat senandika larut dalam cinta sejati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun