Seminar yang bertajuk "Bahaya Terorisme: Memperingati Tragedi Serangan Teror 26/11 Mumbai" ini diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMJ. Acara ini menampilkan pembicara terkemuka dari India dan Indonesia.
Keseluruhan acara seminarnya dapat dilihat dengan mengklik link https://www.youtube.com/watch?v=dnFBdL_xASs.
Serangan teror Mumbai merupakan bagian dari terorisme lintas batas Pakistan di India.
"Serangan militan di seluruh dunia berakar dari Pakistan, termasuk serangan Bali. Islamabad mengatakan Angkatan Darat Pakistan telah menjalankan kebijakan terorisme lintas batas dalam upayanya untuk menimbulkan 'seribu goresan untuk melukai India.' Akibatnya, mensponsori terorisme telah menjadi bagian penting dari keahlian negara Pakistan," ujar Dr. Sameer Patil, Rekan Senior di Observer Research Foundation (ORF), pada seminar tersebut.
Ia merujuk pada peristiwa bom Bali 2002 yang dibiayai oleh al-Qaeda dan uangnya berasal dari Pakistan. Indonesia telah memperingati 20 tahun tragedi di Bali tahun ini. Sebanyak 202 orang, termasuk 88 warga Australia dan 38 warga Indonesia, tewas dalam bom Bali pada tanggal 12 Oktober 2002.
"Serangan teror Mumbai sangat mirip dengan Bom Bali 2002," ungkap Prof. Irfan Idris, Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dalam sambutannya di seminar tersebut.
Irfan menjelaskan secara detail tentang bahaya terorisme dan radikalisme agama serta program deradikalisasi Indonesia untuk mencegah maraknya terorisme di Indonesia.