Sore ini suasana di Alun-alun Kota begitu sangat ramai, banyak anak-anak yang bermain, banyak penjual dan pengunjung yang berdatangan. Seorang gadis tengah duduh di salah satu bangku di tengah-tengah keramaian tersebut. Pandangannya lurus ke depan sejajar dengan tulisan Kota Intan yang cukup besar. Angin sore meniup jilbab panjangnya yang berwarna khaki dipadukan dengan gamis abaya berwarna hitam polos. Matanya terpejam, bulu matanya yang lentik cukup terlihat meski dari jarak yang cukup jauh. Beberapa detik kemudian dia membuka matanya, senyuman manisnya memperlihatkan ketulusan hatinya.
Diam beberapa menit, bulir bening berhasil keluar dari kelopak matanya. Hati manusia tidak ada yang tahu, termasuk dengan perasaan yang dialami oleh gadis pemilik nama Jingga Savana Alkhaira.
"Lintang aku hanya merindukanmu," lirihnya.
***
Tepat pukul 16.00 WIB gadis bernama Jingga Savana Alkhaira yang lebih familiar disapa Savana itu menerima pesan melalui WhatsApp dari Alkhalifi Zikri Hamizan, teman kuliahnya.
"Assalamualaikum, di mana?"
Tanpa basa-basi laki-laki itu mengirimkan pesan dan bertanya keberadaan Savana.
"Waalaikumsalam, di rumah," jawab singkat dari Savana.
Savana memang terkesan lebih cuek dan memiliki sifat dingin, karakternya cukup berbeda dari perempuan yang lain. Hal tersebutlah yang membuat Zikri merasakan perasaan yang berbeda untuk gadis tersebut.
Savana memiliki tempat tersendiri di hati Zikri, meskipun status mereka hanya sebatas teman. Savana sendiri yang membuat batasan tersebut. Karena menurutnya, love yourself before love someone else, itu lebih penting untuk saat ini.
Zikri memang belum pernah mengutarakan perasaannya kepada Savana, tetapi laki-laki itu sering memperlihatkan perhatiannya kepada Savana. Perhatian itulah yang membuat Savana agar membuat boundaries di antara mereka. Selain itu, Savana cukup tahu karakter Zikri yang badboy, meskipun terlihat cuek dan dingin, flat seperti patung, tapi dia pernah beberapa kali membuat perasaan perempuan sakit hati.