Komunikasi persuasif idealnya dilaksanakan secara langsung dan tatap muka. Namun selama masa pandemi, guru dihadapkan pada ikhtiar kreatifitas dalam menyikapi pembelajaran jarak jauh terhadap siswa. Hal ini menjadi lebih kompleks dikarenakan siswa PAUD masih cukup terbatas dalam penggunaan teknologi tanpa bantuan orangtua maupun saudara yang lebih tua, sehingga perlunya penyesuaian dalam pelaksanaan komunikasi persuasif tersebut kepada siswa.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai penerapan komunikasi persuasif sebagai salah satu cara pendidikan karakter dalam pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi terhadap anak usia dini :
 a. Melalui alat komunikasi maupun media sosial
Guru dapat secara teratur bertanya kabar kepada anak, terutama berkaitan dengan pembiasaan baik yang menjadi program guru selama pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar anak terbiasa dan termotivasi untuk melakukan pembiasaan tersebut.
b. Menyediakan waktu atau moment untuk dapat berdiskusi dengan anak
Diskusi dapat dilakukan melalui panggilan video dengan membahas seputar keseharian maupun kegiatan yang ada di sekitar anak. Dengan berhadapan secara langsung melalui media virtual, anak diharapkan akan lebih percaya diri dan terbuka dalam penyampaian cerita, ide, dan sudut pandang mereka terhadap guru.
c. Apabila menggunakan media sosial, guru dapat memberi kesempatan waktu cukup panjang bagi anak maupun wali murid untuk berkomunikasi, baik melalui media kelompok maupun personal. Hal ini dilakukan sebagai proses pendampingan terhadap pembelajaran anak yang terkadang juga tetap berjalan meski telah berada di luar jam pembelajaran.
d. Memberi ruang bagi anak untuk berkonsultasi terkait hal-hal apapun
Memberi kesempatan bagi mereka untuk berkeluh kesah kepada guru dapat membangun ikatan batin antara anak dengan seseorang yang lebih tua, sehingga anak tidak hanya menjadi lebih baik secara psikis, tetapi juga lebih percaya diri dalam menghadapi berbagai hal karena percaya ada orang yang selalu bersama mereka.
e. Apabila anak melakukan tindakan yang dirasa tidak tepat , guru dapat mengarahkan secara halus kepada anak melalui pesan maupun panggilan pribadi secara halus, bukan dalam forum grup maupun kelompok.
Dengan berbagai komunikasi persuasif yang dapat guru lakukan secara insidental maupun berkala, diharapkan anak dapat menjadi lebih mengetahui, mencintai, dan memahami dalam melakukan suatu kebaikan, baik melalui apresiasi terhadap pencapaian dan kegagalan anak, maupun pembiasaan dalam memahami dan melakukan perbuatan baik.