Lambannya proses pengungkapan motif oleh Polda Sumut, yang disertai tepisan dari Panglima TNI tentu saja menambah kebingungan dan kekecewaan di benak masyarakat. Terkesan ada yang sedang ditutup-tutupi demi menjaga citra institusi tertentu. Sehingga tidak berlebihan apabila penulis menganggap lambatnya pengungkapan motif Bebas Ginting CS oleh Polda Sumut sebagai suatu kejanggalan.
Kasus pembakaran rumah dan pembunuhan berencana terhadap keluarga Rico Sempurna Pasaribu ini sudah menjadi perhartian masyarakat Indonesia, sehingga ending dari kasus ini diharapkan tidak hanya sekedar menghukum pelaku, tetapi juga harus memberikan rasa keadilan bagi keluarga korban dan masyarakat. Maka dari itu pihak kepolisian diharapkan dapat melakukan proses penyidikan yang profesional, termasuk di dalamnya, pengungkapan motif Bebas Ginting CS secara jujur dan secepat mungkin.
Pertatuhan Citra TNI dan Polri
Selain aspek hukum, kasus ini memiliki aspek pertaruhan bagi citra TNI dan Polri. Hal tersebut dapat kita lihat dari antusiasme warganet dalam mengkritisi kasus ini. Â Mayoritas dari warganet cenderung memberikan komentar sinis dan penuh kecurigaan akan profesionalitas Polri dalam menangani kasus ini. Tidak sedikit juga yang memojokkan institusi TNI sebagai akibat dari isu adanya oknum TNI sebagai dalang intelektual atau intellectual daader dalam kasus ini.
Jangan sampai tagar "All Eyes On Kabupaten Karo" ramai di media sosial. Masyarakat berharap agar kasus ini dapat segera terungkap. Jika benar ada keterlibatan oknum TNI, maka harus ada tindakan tegas sesuai dengan hukum yang berlaku. Profesionalisme sangat dibutuhkan agar tidak ada pihak yang dirugikan dan tidak muncul berbagai kecurigaan di benak masyarakat, demi terjaganya citra Polri maupun TNI.
"Fiat justitia ruat caelum" (Hendaklah keadilan ditegakkan, walaupun langit akan runtuh)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H