cerita sebelumnya :
http://fiksi.kompasiana.com/novel/2012/09/03/queen-kisah-kekasih-sementara/
-------
"Kau tahu Amy, aku tak suka kopi, aku lebih suka teh hijau dengan sedikit gula atau madu, entahlah, tapi aku suka sekali itu"
"Ini kopi asli dari kampung Ibuku, semuanya serba tradisional, di jemur, dikupas, digiling dan dikemas pun masih dengan bahan dan cara-cara tradisional, bahkan kalau di kampung ku, cara membuat dan gelas yang dipakai untuk meminumnya pun masih tradisional. kampungan tapi enak, cobalah"
"sedikit saja ya" kataku sedikit memohon, karena benar sungguh aku tak suka kopi.
"iya, nih" Amy menyodorkan setengah gelas kopi buatannya yang tadi dia bawa dalam termos stainless kecil.
"kopi nya harum ya, hmmmm....oh ya, apa rencanamu sesudah ini?"
"Kemarin aku resmi resign dari pekerjaanku"
"lalu?"
"Aku mau pulang ke kampung ibu, dia sudah duluan disana, kami akan berkebun kopi seperti masa kecil ibu dulu, Bapak juga dimakamkan disana, jadi serasa lebih dekat kalau aku pulang, setidaknya aku bisa menemani hari tua ibu"
"pasti enak di kampung ibumu itu ya?"
"iya"
Amy bersemangat sekali bercerita soal kampung ibunya, kebun kopi, sungai dengan batu-batu dan gemericik air, dingin sejuk dan segar, Amy seperti anak kecil yang menceritakan pengalaman liburannya pada temannya, tapi aku tahu ada sesuatu dibalik matanya.
It's finish?
"Ya, its over!"
"Tell me!"
Amy diam, ditariknya napas dalam sekali, aku merasa bersalah meminta itu darinya.
"Sorry!"
"Its oke"
"Kopi nya aku habiskan yaa", kataku sedikit memecah kebisuan Amy dan penyesalanku tadi. Harapku semoga keadaan akan jadi lebih baik.
"Queen?"
"Ya" jawabku sedikit kalem.
"apa kau pernah jatuh cinta seperti aku jatuh cinta pada Bimo?"
"setiap orang punya cara jatuh cinta masing-masing" jawabku sedikit diplomatis
"ya, aku tahu itu, tidak semua orang jatuh cinta seperti aku jatuh cinta pada Bimo, setidaknya bukan Bimo tempat kau jatuh cinta bukan?"
"hahahhaha.....terlalu...!" tawa ku dan Amy lepas.
tiba-tiba kembali hening, aku bahkan bisa mendengar lenguhan resah napas Amy dari seberang meja setengah biro ku. Amy tersenyum melihatku, senyum hambar, menutupi gundah dan keresahan, aku yakin sekali masih ada cinta untuk Bimo.
"Amy!". panggilku padanya sedikit membuyarkan lamunannya.
"Ya!". Jawab Amy singkat
"Kenapa tak bertahan?"
"Untuk apa?"
"Setidaknya sampai jatuh cintamu tiba-tiba jadi polisi, menilang dan memberi tanda dilarang!, jangan katakan kau lelah, karena itu bukan sifatmu."
"Queen, aku.....aku...."
"Merasa diri tak layak?"
"Bukan!"
"Lalu apa Amy?"
"Bimo tak pernah mencintaiku, selama aku jadi kekasih sementaranya, ada saat-saat ketika kami hanya berdua saja, dan kulihat dimatanya tak pernah ada aku, ketika aku minta ditemani melihat bulan, atau ketika dia harus menjemputku di parkiran, apapun tindakannya itu cuma pengisi kekosongan ketika Nadia tiada saja. bahkan pagi terakhir itu ketika ku ingatkan dia kalau Nadia sebentar lagi pulang, dan masa jadi kekasih sementara ku sudah habis, dia cuma gugup, diam, tak berusaha menahanku ketika pergi. bahkan ketika aku memeluknya untuk terakhir kali pun, hambar, hampa..ketika itulah aku berfikir lalu akhirnya memutuskan, tak pernah ada cinta Bimo untukku. dan aku tak menyesal sedikitpun"
"Laki-laki ketika diberi pilihan selalu meminta waktu untuk berfikir, setidaknya kau berikan waktu itu sampai Bimo, berubah jadi kesatria bijak dan adil, memilih mana yang terbaik"
"aku berada diantara dua insan yang saling mencintai tapi berjauhan!"
"setidaknya hargai rasa yang ada dihatimu Amy, aku yakin dia juga berdoa agar bisa sampai ke hati Bimo, menawarkan sedikit cinta tulus tanpa syarat"
"tapi rasa itu menempel dibadanku, kakiku jadi berat melangkah, yang ada aku cuma harus beli kompres mata yang banyak di supermarket, aku tak ingin terlihat sembab dimata Bimo, seperti gadis cengeng merengek-merengek minta cinta"
"Keyakinanmu soal Bimo terlalu besar, menutupi mata dan hatimu sendiri, mungkin saja bagi Bimo cinta itu kata kerja, bukan cuma huruf-huruf yang diulis pada kartu dan dililitkan pada bunga mawar, kalau saja kau menunggu mungkin kau akan dapat bunga mawar itu, tapi tanpa kartu"
"Dia tak mengejarku ketika aku pergi, aku pindah apartemen dan dia tak mencariku, aku ditaman melihat bulan sendirian, dia pun tak pernah datang sampai bulan itu hilang dan warna langit berubah keemasan"
"mungkin cuma soal waktu"
"waktu itu juga yang akhirnya mengajarkan aku untuk berhenti dan memutuskan, aku lelah, sudahi saja"
---
hari terakhir aku bersama Amy, dia bilang padaku agar tak usah mengantarnya, jangan kasih tau ke Bimo, alamat dan nomor telponya yang baru, Amy benar-benar ingin pergi. Amy dengan cinta tulusnya, atau cinta itu sendiri yang akhirnya kelelahan....entahlah, aku cuma jadi saksi saja...bagaimana ketika satu hati mencari kemana cinta, dan satu lagi ingin pergi karena merasa panah itu tak menusuk dadanya...
"Queen, aku suka matamu, tentang Bimo aku lelah, sudahi saja....!"
kata terakhir Amy buatku.
tentang cinta, kapan dan dimana.....ini cuma soal waktu.
-----
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H