"Queen, aku.....aku...."
"Merasa diri tak layak?"
"Bukan!"
"Lalu apa Amy?"
"Bimo tak pernah mencintaiku, selama aku jadi kekasih sementaranya, ada saat-saat ketika kami hanya berdua saja, dan kulihat dimatanya tak pernah ada aku, ketika aku minta ditemani melihat bulan, atau ketika dia harus menjemputku di parkiran, apapun tindakannya itu cuma pengisi kekosongan ketika Nadia tiada saja. bahkan pagi terakhir itu ketika ku ingatkan dia kalau Nadia sebentar lagi pulang, dan masa jadi kekasih sementara ku sudah habis, dia cuma gugup, diam, tak berusaha menahanku ketika pergi. bahkan ketika aku memeluknya untuk terakhir kali pun, hambar, hampa..ketika itulah aku berfikir lalu akhirnya memutuskan, tak pernah ada cinta Bimo untukku. dan aku tak menyesal sedikitpun"
"Laki-laki ketika diberi pilihan selalu meminta waktu untuk berfikir, setidaknya kau berikan waktu itu sampai Bimo, berubah jadi kesatria bijak dan adil, memilih mana yang terbaik"
"aku berada diantara dua insan yang saling mencintai tapi berjauhan!"
"setidaknya hargai rasa yang ada dihatimu Amy, aku yakin dia juga berdoa agar bisa sampai ke hati Bimo, menawarkan sedikit cinta tulus tanpa syarat"
"tapi rasa itu menempel dibadanku, kakiku jadi berat melangkah, yang ada aku cuma harus beli kompres mata yang banyak di supermarket, aku tak ingin terlihat sembab dimata Bimo, seperti gadis cengeng merengek-merengek minta cinta"
"Keyakinanmu soal Bimo terlalu besar, menutupi mata dan hatimu sendiri, mungkin saja bagi Bimo cinta itu kata kerja, bukan cuma huruf-huruf yang diulis pada kartu dan dililitkan pada bunga mawar, kalau saja kau menunggu mungkin kau akan dapat bunga mawar itu, tapi tanpa kartu"
"Dia tak mengejarku ketika aku pergi, aku pindah apartemen dan dia tak mencariku, aku ditaman melihat bulan sendirian, dia pun tak pernah datang sampai bulan itu hilang dan warna langit berubah keemasan"