Mohon tunggu...
Dinda Deananda Yarjuna
Dinda Deananda Yarjuna Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Nama : Dinda Deananda Yarjuna Nim : 41123110002 Jurusan : Tehnik Fakultas : Tehnik Sipil Nama Dosen : Profesor Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Praktik Stoicisme, Membedakan Antara Fortuna dan Virtue untuk menjadi Sarjana Unggul dan Profesiomal

27 Januari 2025   01:03 Diperbarui: 27 Januari 2025   01:03 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Topik Pembahasan, Sumber Modul Perkuliahan Profesor Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Praktik Stoicisme, Membedakan Antara Fortuna vs Virtue Untuk Menjadi Sarjana Unggul dan Profesional 

# Why do we need to know what Stoicism is?

Mengapa kita harus tau apa itu Stoicisme?
Stoicisme adalah aliran filsafat yang berkembang di Yunani dan Roma kuno. Filsafat ini menekankan pentingnya kebajikan, logika, dan hidup selaras dengan alam. Tujuannya adalah mencapai ketenangan pikiran dan kepastian nilai moral. ( Britannica, 2009 )

# Why do we need to be able to differentiate between Fortuna and Virtue?
Mengapa kita harus bisa membedakan Fortuna dan Virtue?
Membedakan Fortuna (nasib atau keberuntungan) dan Virtue (kebajikan atau keunggulan moral) adalah penting, terutama dalam konteks filsafat, politik, atau kehidupan pribadi. Gagasan ini sangat terkenal dari pemikiran Niccolò Machiavelli dalam karya Il Principe (Sang Pangeran). Berikut alasannya:

1. Pemahaman tentang Kendali:
   - Fortuna mewakili aspek kehidupan yang di luar kendali kita—peristiwa tak terduga, keberuntungan, atau bencana.
   - Virtue adalah kebajikan, kemampuan, atau kapasitas manusia untuk bertindak dengan bijaksana, beradaptasi, dan mengendalikan keadaan.
   - Alasan Penting: Jika kita gagal membedakan keduanya, kita bisa jatuh pada fatalisme (semua tergantung keberuntungan) atau              keangkuhan (menganggap segalanya tergantung pada diri kita).

2. Pengambilan Keputusan yang Bijak:
   - Machiavelli berpendapat bahwa seorang pemimpin harus memahami kapan harus mengandalkan Virtue untuk menciptakan peluang dan kapan harus mengandalkan Fortuna untuk memanfaatkan peluang.
   - Alasan Penting: Hal ini membantu kita dalam strategi dan pengelolaan risiko.

3. Adaptasi terhadap Perubahan:
   - Fortuna diibaratkan oleh Machiavelli seperti sungai yang deras, yang hanya bisa dilawan oleh persiapan dan tindakan bijak (Virtue).
   - Alasan Penting: Membedakan Fortuna dan Virtue memungkinkan kita untuk bersiap menghadapi tantangan dan tidak sepenuhnya      menyerah pada keadaan.

Secara lebih spesifik tentang Fortuna :
Dalam filosofi Stoikisme, Fortuna merujuk pada segala sesuatu yang berada di luar kendali kita, seperti nasib, keberuntungan, atau peristiwa eksternal yang tidak dapat kita atur. Hal-hal seperti kematian, kekayaan atau kemiskinan, penderitaan, dan sakit termasuk dalam kategori Fortuna karena mereka terjadi di luar kendali individu. (KOMPASIANA)

1. Kematian
Kematian adalah peristiwa alami yang tidak dapat dihindari dan berada di luar kendali manusia. Stoikisme mengajarkan untuk menerima kematian dengan tenang, memahami bahwa itu adalah bagian dari siklus kehidupan yang alami. Dengan menerima kenyataan ini, seseorang dapat fokus pada bagaimana menjalani hidup dengan kebajikan dan integritas sebelum kematian tiba. (KOMPASIANA)

2. Kekayaan atau Kemiskinan
Status ekonomi seseorang sering kali dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti kondisi ekonomi global, kebijakan pemerintah, atau situasi pasar, yang semuanya berada di luar kendali individu. Stoikisme menekankan bahwa kebahagiaan sejati tidak bergantung pada kekayaan material, tetapi pada pengembangan karakter dan kebajikan. Dengan demikian, baik kekayaan maupun kemiskinan dianggap sebagai Fortuna yang seharusnya tidak mempengaruhi kesejahteraan batin seseorang. (KOMPASIANA)

3. Penderitaan
Penderitaan dapat muncul dari berbagai peristiwa tak terduga seperti bencana alam, kehilangan orang yang dicintai, atau situasi sulit lainnya yang berada di luar kendali kita. Stoikisme mengajarkan untuk menerima penderitaan sebagai bagian dari kehidupan dan melihatnya sebagai kesempatan untuk melatih ketahanan, kebijaksanaan, dan kebajikan. Dengan demikian, penderitaan dipandang sebagai Fortuna yang dapat dihadapi dengan sikap yang bijaksana. (KOMPASIANA)

4. Sakit
Penyakit atau kondisi kesehatan sering kali terjadi tanpa peringatan dan berada di luar kendali individu. Stoikisme mengajarkan bahwa meskipun kita tidak dapat mengendalikan apakah kita jatuh sakit, kita dapat mengendalikan respons kita terhadap penyakit tersebut. Dengan fokus pada kebajikan dan sikap mental yang positif, seseorang dapat menghadapi sakit dengan ketenangan dan martabat. (KOMPASIANA)

Secara lebih spesifik tentang Virtue :
Dalam filsafat Stoikisme, kebajikan (virtue) adalah inti dari kehidupan yang baik dan bermakna. Kebajikan ini meliputi pemahaman yang mendalam, pengelolaan emosi, penerapan logika, dan kemampuan menilai dengan tepat. Memahami perbedaan antara sensasi dan emosi adalah penting dalam konteks ini.

1. Pemahaman (Understanding):
   - Penjelasan: Stoikisme menekankan pentingnya menggunakan akal budi untuk memahami dunia dan diri sendiri. Dengan pemahaman yang benar, seseorang dapat melihat realitas sebagaimana adanya dan membuat keputusan yang bijaksana.
   - Sumber: "Prinsip akal budi menekankan bahwa pemahaman dan pengontrolan diri sangat penting dalam mencapai kebahagiaan." (https://www.studocu.id)
2. Emosi (Emotion):
   - Penjelasan* Stoikisme mengajarkan bahwa emosi destruktif muncul dari penilaian yang keliru. Dengan melatih diri untuk menilai situasi dengan benar, seseorang dapat mengelola dan mengatasi emosi negatif.
   - Sumber: "Inti dari cara hidup Stoa adalah proses yang sedang berlangsung dari: Mengembangkan pengendalian diri, Memberikan penilaian yang jelas, dan Mengatasi emosi destruktif." (https://www.suara.com)

3. Logika (Logic):
   - Penjelasan: Logika adalah alat yang digunakan untuk menilai argumen dan situasi secara objektif. Dengan penerapan logika, individu dapat menghindari kesalahan berpikir dan mencapai kesimpulan yang benar.
   - Sumber: "Stoikisme memiliki tiga prinsip utama: akal budi, logika, dan moral." (https://www.studocu.id)

4. Menilai dengan Tepat (Accurate Judgment):
   - Penjelasan: Kemampuan untuk menilai situasi dan peristiwa dengan tepat memungkinkan seseorang untuk merespons dengan cara yang sesuai, menghindari reaksi berlebihan atau penilaian yang tidak adil.
   - Sumber: "Inti dari cara hidup Stoa adalah proses yang sedang berlangsung dari: Mengembangkan pengendalian diri, Memberikan penilaian yang jelas, dan Mengatasi emosi destruktif." (https://www.suara.com)

Perbedaan antara Sensasi dan Emosi:

   - Sensasi (Sensation): Merupakan pengalaman inderawi langsung, seperti rasa sakit, panas, atau dingin.
   - Emosi (Emotion): Reaksi psikologis yang melibatkan penilaian atau interpretasi terhadap sensasi atau peristiwa tertentu.

   - Penjelasan: Sensasi adalah respons fisik langsung terhadap rangsangan eksternal, sedangkan emosi melibatkan interpretasi mental terhadap sensasi tersebut. Misalnya, sensasi panas dapat menimbulkan emosi marah jika ditafsirkan sebagai ancaman.
   - Sumber: "Sensasi ini juga bisa menyebabkan emosi atau hasrat tertentu dalam pikiran." (https://deepwhitelight.blogspot.com)


# How do we solve the problems in this discussion?
Bagaimana kita memecahkan permasalahan dalam pembahasan ini?
Praktik Stoicisme, Membedakan Antara Fortuna vs Virtue Untuk Menjadi Sarjana Unggul dan Profesional.
Dalam filosofi Stoicisme, membedakan antara Fortuna (hal-hal di luar kendali kita) dan Virtue (kualitas internal dan tindakan yang bisa kita kendalikan) adalah kunci untuk mencapai keunggulan akademik dan profesional. Berikut adalah panduan yang relevan:

1. Pemahaman Fortuna dan Virtue dalam Stoicisme
a. Fortuna: Faktor eksternal seperti keberuntungan, hasil ujian, opini orang lain, atau keadaan ekonomi. Ini adalah aspek yang tidak bisa kita kendalikan.
b. Virtue: Nilai-nilai internal seperti disiplin, kebijaksanaan, keadilan, dan keberanian. Virtue adalah sesuatu yang sepenuhnya ada dalam kendali kita.

Prinsip Stoik: "We cannot control what happens, but we can control how we respond." - Epictetus.

2. Penerapan Stoicisme untuk Sarjana Unggul
a. Fokus pada Hal-Hal yang Bisa Dikendalikan
- Contoh: Alih-alih khawatir tentang nilai akhir, fokuslah pada usaha belajar yang konsisten dan pemahaman materi.
- Praktik: Buat rencana studi yang realistis, terapkan disiplin, dan terima hasil sebagai konsekuensi dari usaha.

b. Mengelola Ekspektasi dan Emosi
- Jangan terlalu menggantungkan diri pada pengakuan eksternal (pujian atau penghargaan). Fokuslah pada proses, bukan hasil.
- Contoh Praktik: Ketika menghadapi kritik, gunakan itu untuk refleksi, bukan untuk merasa gagal.

3. Penerapan Stoicisme dalam Dunia Profesional
a. Ketahanan dalam Situasi Sulit
- Fortuna: Ketidakpastian pasar kerja, kegagalan proyek, atau dinamika kantor.
- Virtue: Kemampuan beradaptasi, menjaga integritas, dan belajar dari kegagalan.
- Praktik: Gunakan tantangan sebagai peluang untuk meningkatkan kompetensi dan mengembangkan ketahanan.

b. Menjadi Profesional Berorientasi Nilai
- Virtue: Fokus pada keadilan (integritas), kebijaksanaan (pengambilan keputusan), dan keberanian (menghadapi tantangan).
- Contoh Praktik: Memprioritaskan kualitas kerja di atas mencari jalan pintas, meskipun tidak selalu dihargai dalam jangka pendek.

4. Kebiasaan Stoik untuk Membedakan Fortuna vs Virtue
a. Latihan Refleksi Harian:
   - Tulis hal-hal yang Anda kendalikan dan yang tidak.
   - Renungkan bagaimana Anda merespons keduanya dengan kebajikan.

b. Negatif Visualisasi:
   - Bayangkan skenario terburuk (misalnya, gagal ujian atau kehilangan pekerjaan) dan rencanakan bagaimana Anda bisa tetap bertindak dengan kebajikan.

c. Penerapan "Dikotomi Kendali":
   - Jika suatu hal di luar kendali Anda (Fortuna), lepaskan kekhawatiran.
   - Fokuskan energi Anda pada tindakan dan keputusan (Virtue).

Kesimpulan
Dengan mempraktikkan Stoicisme, sarjana dan profesional dapat:
1. Menjadi lebih fokus pada hal-hal yang mereka kendalikan.
2. Mengembangkan disiplin, kebijaksanaan, dan ketahanan.
3. Menjalani kehidupan yang bermakna, tanpa terganggu oleh hasil atau opini eksternal.

Daftar Pustaka / Refrensi :
1. Https://www.britannica.com/topic/Stoicism?utm
2. Machiavelli, Niccolò. Il Principe (1513). Bab 25 menjelaskan analogi Fortuna sebagai sungai dan pentingnya Virtue untuk mengendalikannya.
3. Fortuna and Virtue in the Renaissance (Peter Burke, 1969).
4. Marcus Aurelius, Meditations.
5. Epictetus, Enchiridion.
6. Ryan Holiday, The Obstacle is the Way (2021).
7. Https://www.kompasiana.com
8. Https://www.studocu.id
9. Https://www.suara.com
10. Https://deepwhitelight.blogspot.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun