Raut Risda Bre Brahmana terlihat lelah, mata sayunya seakan tampungan air mata yang ingin tumpah. Seharian dia berada di luar rumah. Bersama pedagang, keluarga dan para pengurus DPW Partai Perindo Sumut, perempuan berambut sebahu itu berdemo ke Mapolresta Medan. Menuntut satu bulan kematian suaminya, Gidion Ginting (44) Ketua Persatuan Pedagang Pasar Tradisional (P3TM) Kota Medan yang tak juga terungkap jelas. Sambil memegang foto suami tercinta, dia berdiri di urutan paling depan. Disampingnya, seorang kerabat berorasi, lalu bergantian di ikuti yang lain. Sementara ratusan massa pendukung berteriak-teriak marah, syukurnya mereka tidak anarkis.
"Keluarga besar Partai Perindo dan seluruh pedagang yang menjadi perjuangan rekan terbaik kami Gidion Ginting sangat berduka atas kematiannya. Tapi sebulan sudah kasus ini, polisi belum mampu menangkap pelakunya. Kami minta Kapolresta Medan berani mengungkap kasus ini tanpa intervensi dari internal kepolisian," ucap Ketua DPW Partai Perindo Sumut, Rudi Zulham Hasibuan, Selasa (19/1).
"Kami minta Kapolresta mengumumkan hasil visum rekan kami tanpa rekayasa, polisi harus jadi pengayom masyarakat. Buktikan itu," sulutnya di sambut teriakan massa pendukung.
Menurut partai pimpinan Hary Tanoesoedibjo ini, korban adalah kader terbaik yang mereka miliki. Gidion yang tercatat sebagai Ketua DPC Partai Perindo Medan Johor ini di duga tewas setelah dianiaya sekelompok orang di Pusat Pasar Medan di Jalan MT Haryono Medan, tepat di belakang Medan Mall pada 18 Desember 2015 lalu. Sebulan sudah kematiannya, polisi dinilai belum mampu mengungkap kasus ini dengan alasan hasul visum belum keluar.
"Kami DPD Perindo Medan, keluarga dan para pedagang yang merasa kehilangan menilai tidak butuh waktu lama sebenarnya untuk mengungkap kasus ini. Sebelum penganiayaan terjadi, korban sempat merekam percakapan dan pertemuan dirinya dengan sejumlah orang yang pasti mengetahui kematiannya," tegas H Dianto MS.
Pergantian Kapolresta, lanjutnya, tidak menjadi masalah. Pihaknya hanya minta kasus ini di tuntaskan. Di tingkat penyidik pihaknya melihat ada proses mengulur-ulur waktu. Padahal Kapolresta Kombes Pol Mardiaz Kusin Dwihananto menyatakan alat bukti sudah cukup, tinggal pengembangan di saksi. Pihaknya akan menunggu dalam sepekan ini, sebelum akhirnya mengambil upaya-upaya hukum lain.
"Kita akan kawal mulai dari pusat hingga daerah, ini juga perintah langsung DPP. Bantu kami, bantu pihak keluarga, sama-sama kita kawal kasus ini," pungkas Rudi Zulham Hasibuan.
Â
Jenny Sitepu, salah satu keluarga korban menambahi keterangan Risda. Dia bilang, pihak keluarga meminta agar kasus ini benar-benar diusut dan hasil visum segera dikeluarkan.
"Kami mau saksi yang disebutkan kakak kami, istri almarhum, dalam BAP yaitu istri Kendeng nyonya Sibarani di panggil sebagai saksi. Kami mau jangan ada intervensi dari pihak kepolisian berhubung karena si JPS adalah anggota kepolisian," kata Jenny.
Pihak keluarga merasa heran, kasus ini sudah berjalan sebulan lebih namun belum ada penyelesaiannya. Indikasinya sengaja di perlambat kepolisian. Saat ditanya hubungan oknum polisi berinisial JPS dengan matinya korban, alasannya Jenny waktu kejadian oknum JPS berada bersama korban.
"Saat kejadian, si JPS sedang bersama korban. Korban di sekap di kantor jaga malam yang pengelolanya itu si JPS, orang tuanya KS. Ini foto yang kami ambil waktu di kamar mayat, kakak juga bisa buka di Youtube rekaman korban melalui ponselnya sendiri secara diam-diam di kantor jaga malam. Satu lagi, di BAP kakak kami sudah nyatakan bahwa korban punya sakit asam lambung tujuh bulan lalu, kok malah diberitakan meninggal karena sakit jantung?" ungkap Jenny.
Dari foto yang di perlihatkan saat di kamar mayat, terlihat hampir di seluruh tubuh korban penuh luka lebam. Sementara dalam rekaman percakapan dan pertemuan korban dengan sejumlah orang saat terjadinya penganiayaan yang di share ke Youtube terlihat, ada oknum polisi menggunakan seragam dinas lengkap berdiri melihat saksi di introgasi.
Sebelumnya, korban dinyatakan tewas dengan kondisi mengenaskan setelah di anaiaya penjaga malam dan sejumlah pria berbadan tegap dan berambut cepak di salah satu pos jaga malam di Pusat Pasar Medan. Korban mengalami luka serius karena sekujur tubuhnya lebam-lebam dan bagian kepala mengeluarkan darah segar di duga akibat hantaman benda keras. Korban sempat di larikan sesama rekannya ke Rumah Sakit Murni Teguh Medan tapi tidak tertolong lagi karena terlalu banyak mengeluarkan darah.
Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H