Mohon tunggu...
Adin
Adin Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Pada dunia nyata aku harus terus menulis untuk tetap bersamanya.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Optimalisasi Media Baru Dalam Kampanye Paslon Uu Saeful Mikdar Dan Nurul Sumarheni Untuk Meningkatkan Eleketabilitas Di Pilkada Kota Bekasi 2024

2 Januari 2025   18:40 Diperbarui: 2 Januari 2025   18:40 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan media sosial dalam beberapa waktu ini mempunyai dampak signifikan dalam mempengaruhi kebijakan di negara kita. Banyak keputusan kebijakan dipengaruhi oleh suasana serta tren yang berkembang di platform media sosial. Pengaruh besar yang dimiliki media sosial ini sangat menarik untuk diteliti lebih jauh karena kekuatannya dan banyaknya kelompok yang memiliki kepentingan penting dalam ranah media sosial online. Dalam konteks komunikasi massa, media sosial berfungsi sebagai penghubung antara para komunikator politik dan masyarakat luas. Sebagai saluran komunikasi politik, media sosial memiliki potensi untuk mempengaruhi sikap politik. Hal ini disebabkan karena media sosial dapat membantu membentuk pandangan publik.

Memiliki manajemen opini publik yang baik sangat krusial dalam usaha meraih pengaruh dari masyarakat. Untuk kekuatan politik yang akan berpartisipasi dalam pemilihan umum, seperti pemilihan presiden, pemilihan kepala daerah, dan pemilihan anggota legislatif, sangat penting untuk memanfaatkan media sosial secara optimal agar mampu menyampaikan informasi politik dengan cara yang efisien dan efektif. Melalui media sosial, pesan-pesan politik dapat disampaikan lebih cepat dan lebih mudah dipahami oleh masyarakat luas. Mereka juga dapat mengakses informasi kapan saja tanpa terhalang oleh batasan geografis. Media sosial bisa sangat berguna untuk berkomunikasi dan berbagi informasi dengan orang lain. Ini juga dapat membantu kita menerima tanggapan dan masukan dari banyak orang. Tanggapan dari orang banyak dapat mempererat hubungan antara tokoh politik dan masyarakat. Kini, penggunaan media sosial semakin populer dan berkembang di kalangan masyarakat, termasuk di pelosok pedesaan. Dengan informasi yang disampaikan dengan baik, orang akan lebih mudah memahami pesan politik dari komunikator politik (Qadri, 2020). Akhirnya, dengan menyampaikan pesan politik yang tepat dan efektif, dapat menarik simpati masyarakat agar mereka menerima tujuan dari komunikator politik.

Media sosial merupakan sarana komunikasi yang efektif dan sering digunakan oleh individu, partai politik, serta kandidat selama kampanye politik. Pemanfaatan media sosial dalam kampanye tidak hanya mengubah cara penyampaian pesan politik, tetapi juga memengaruhi perilaku politik, partisipasi dalam politik, serta persepsi masyarakat. Penggunaan media sosial dalam kampanye bisa mendorong peningkatan dalam partisipasi politik. Media sosial menawarkan platform yang mudah digunakan dan interaktif bagi individu untuk terlibat dalam diskusi tentang politik. Selain itu, media sosial memungkinkan para pendukung politik untuk dengan cepat menyebarluaskan informasi dan pesan kampanye. Namun, ada juga pandangan yang berargumen bahwa media sosial dapat menciptakan filter bubble dan echo chamber. Dalam situasi ini, orang hanya terpapar pada perspektif politik tertentu dan kurang diberi kesempatan untuk melihat pandangan yang berbeda.

Selain itu, penggunaan media sosial dalam kampanye politik juga bisa memengaruhi cara orang melihat isu-isu politik dan calon politik. Media sosial memungkinkan orang untuk berbagi pendapat dan pandangan mereka tentang hal-hal yang mereka pilih, yang bisa memengaruhi pendapat dan sikap masyarakat terhadap isu politik. Meskipun begitu, penyebaran berita palsu melalui media sosial bisa memengaruhi pandangan masyarakat dan menciptakan ketegangan politik. Temuan dalam penelitian (Salman Farid, 2023)adalah sebagai berikut:

  • Dari analisis data: Penggunaan platform jejaring sosial dalam kampanye politik dapat berdampak positif terhadap partisipasi dalam politik. Mereka yang sering menggunakan platform tersebut cenderung lebih aktif dalam diskusi politik, membagikan berita terkait politik, dan berpartisipasi dalam pemilu. Dengan platform ini, individu bisa mengekspresikan pandangan politik, mendukung calon tertentu, serta berinteraksi dengan orang lain yang memiliki minat yang sama pada hal-hal politik. Media sosial memungkinkan lebih banyak orang terlibat dalam aktivitas politik dan memberikan kemudahan akses bagi publik secara umum.
  • Pengaruh Media Sosial pada Opini Publik: Penggunaan platform jejaring sosial dalam politik memiliki dampak signifikan terhadap cara pandang masyarakat terhadap topik-topik politik dan calon-calon. Media sosial menjadi alat yang krusial untuk menyampaikan pesan-pesan politik dan dapat secara cepat memengaruhi opini publik. Masyarakat mendapatkan fakta-fakta politik melalui platform ini, seperti berita, unggahan, dan komentar dari pengguna lainnya. Pandangan politik orang-orang dipengaruhi oleh interaksi dengan beragam perspektif yang ada di media sosial.
  • Tantangan Penggunaan Media Sosial: Walaupun media sosial memberikan banyak keuntungan dalam kampanye politik, tantangan tetap ada yang perlu dihadapi. Salah satu isu yang cukup serius adalah penyebaran informasi yang salah atau disinformasi. Di platform ini, informasi yang kurang jelas kebenarannya bisa dengan cepat menyebar dan memengaruhi cara pandang masyarakat. Selain itu, adanya kabut informasi dan ruangan gema di media sosial dapat membatasi akses masyarakat terhadap berbagai sudut pandang. Hal ini dapat menyebabkan perpecahan dan kurangnya pemahaman yang komprehensif.
  • Komunikasi dua arah dan keterlibatan pemilih: Aspek ini merupakan keuntungan dari penggunaan platform sosial dalam kampanye politik. Ini memungkinkan terjadinya dialog antara calon pemimpin dan para pemilih. Media sosial memberikan ruang bagi para calon untuk berinteraksi langsung dengan pemilih, mendengar umpan balik dari publik, serta menjawab pertanyaan atau kekhawatiran yang diungkapkan oleh pemilih. Hal ini dapat memperkuat ikatan antara calon dan pemilih, meningkatkan kepercayaan masyarakat, dan mendorong keterlibatan politik yang lebih aktif dari masyarakat pemilih.

Elektabilitas

Tingkat partisipasi masyarakat dalam dunia politik yang rendah bisa disebabkan oleh kurangnya popularitas para politisi di kalangan masyarakat. Secara sederhana, elektabilitas berasal dari kata "electability" yang berarti kemampuan untuk dipilih. Elektabilitas adalah ketertarikan seseorang dalam memilih orang lain untuk menduduki jabatan pemerintahan (Sugiono, 2008: 29 dalam (Bangun Siregar et al., 2023)). Elektabilitas adalah seberapa dikenal partai politik atau tokoh politik di mata publik. Elektabilitas penting untuk mendapatkan dukungan dan simpati dari masyarakat. Elektabilitas dan popularitas politik saling terkait dan tidak bisa dipisahkan. Ketika seorang kandidat politik memiliki dukungan yang kuat tetapi kurang dikenal oleh masyarakat, maka kemungkinan besar masyarakat tidak akan memilihnya. Popularitas saja tidak menjamin sebuah partai politik layak untuk dipilih dalam pemilihan. Untuk menang dalam kontes politik, partai politik dan aktor politik perlu fokus pada dukungan dan popularitas mereka di masyarakat.

Konsep Elektabilitas. Elektabilitas berasal dari kata elctability (bahasa Inggris), yang berasal dari kata elect (memilih). Ada beberapa bentuk turunan dari kata "elect", seperti elction, electable, elected, electiviness, electability, dan sebagainya. Elektabilitas dalam politik adalah seberapa banyak partai atau kandidat dipilih dalam pemilihan umum. Istilah popularitas dan elektabilitas sering disalahartikan oleh masyarakat, padahal keduanya memiliki makna dan konotasi yang berbeda. Meskipun keduanya memiliki kedekatan dan korelasi yang besar. Elektabilitas adalah seberapa sering seseorang bisa terpilih untuk memimpin sebuah komunitas di suatu daerah. Tingkat elektabilitas ini sangat memengaruhi kesuksesan seorang pemimpin dalam menjalankan pemerintahan. (Indra Gosal, 2015:15 dalam (Manik, 2017))

METODE PENULISAN 

Penelitian ini memilih menggunakan pendekatan studi kasus dan wawancara untuk menyelidiki bagaimana media sosial digunakan dalam kampanye politik menjelang pemilihan walikota Bekasi periode 2024. Pendekatan studi kasus membantu peneliti memahami penggunaan media sosial oleh partai politik dalam konteks kampanye politik secara mendalam dan komprehensif (Hidayat, 2019 dalam (Fahruji & Fahrudin, 2023)) sedangkan pendekatan wawancara membantu penulis guna mendapatakan hal atau fakta yang sebenranya terjadi dilapangan. Adapun metode studi kasus membantu kita memahami fenomena tertentu secara mendalam. Penelitian ini akan menggunakan langkah-langkah berikut untuk mengeksplorasi penggunaan media sosial dalam kampanye politik menuju pemilihan walikota Bekasi 2024, dengan fokus pada akun media sosial partai politik dan politisi yang menjadi tim sukses dalam pemilihan calon walikota paslon 02 (dua) Uu Saeful Mikdar Dan Nurul Sumarheni.

HASIL DAN PEMBAHASAN 

Pilpres merupakan elemen vital dalam sebuah negara yang mengadopsi sistem demokrasi. Pemilihan pemimpin daerah dan wakil mereka, seperti Gubernur beserta wakilnya, serta Bupati atau Walikota dengan wakil Bupati atau wakil Walikota, dilakukan secara langsung oleh masyarakat sebagai wujud pelaksanaan hak mereka untuk menentukan pemimpin di wilayah mereka. Oleh karena itu, masyarakat mendapatkan peluang dan kekuasaan untuk secara langsung memilih pemimpin daerah dengan cara yang bebas, tertutup, dan tanpa adanya intervensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun