Selain itu, generasi muda juga menunjukkan keberanian untuk mengadvokasi pembaruan aturan baik secara lokal maupun nasional. Mereka sering menggunakan petisi online, protes damai, dan kampanye digital untuk menekan pemerintah agar menangani isu kekerasan dan diskriminasi berbasis gender dengan lebih serius.
Misalnya, kampanye mahasiswa “Tolak RKUHP” mampu menyuarakan kritik terhadap pasal-pasal yang dianggap membatasi hak dan kebebasan individu terkait gender dan orientasi seksual. Langkah ini menunjukkan bahwa generasi muda memahami isu gender bukan sekedar tren, namun sebagai isu serius yang memerlukan perubahan nyata dalam kebijakan publik.
Meskipun gerakan melawan diskriminasi gender di indonesia dihadapkan pada banyak tantangan, media sosial menjadi alat yang kuat dalam mendorong perubahan. Peran generasi muda, solidaritas publik, dan kemajuan teknologi memberi harapan untuk membangun masa depan yang lebih inklusif dan setara. Pada akhirnya, apakah perjuangan ini akan menjadi harapan yang terealisasi atau tantangan yang masih panjang, sangat bergantung pada dukungan semua pihak dalam memperjuangkan keadilan bagi setiap individu di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H