Konsep media sosial sebagai penggerak perubahan berangkat dari pandangan bahwa platform ini memiliki kapasitas signifikan untuk memengaruhi berbagai aspek budaya, politik, dan sosial secara mendasar. Media sosial memungkinkan individu untuk berdaya, menghubungkan orang-orang, menggerakkan aksi kolektif, dan mempertanyakan struktur kekuasaan yang ada.
Beberapa aspek yang memperkuat peran media sosial sebagai pendorong perubahan meliputi terbukanya komunikasi yang lebih demokratis, penguatan suara masyarakat, arus informasi yang lebih luas, pengorganisasian aksi bersama, diskusi terbuka, serta kebijakan media yang relevan. Pengaruh media sosial sebagai pemicu perubahan sangat bergantung pada konteks, dengan banyak faktor yang turut memengaruhinya, seperti keadaan sosial-politik, infrastruktur teknologi, dan cara masyarakat menggunakan media sosial. (Aqmarina & Vera, 2023)
Di era digital, gerakan sosial berbasis gender di Indonesia semakin kuat berkat media sosial. Berbagai kampanye seperti “#tolakruukuhp” atau “#justiceforaudrey” menunjukkan bagaimana masyarakat bisa bersatu melawan ketidakadilan. Kekuatan ini tidak hanya membantu korban memperoleh dukungan, tetapi juga menekan pemerintah untuk lebih peduli terhadap isu ini. Solidaritas publik juga menunjukkan bahwa semakin banyak masyarakat yang mendukung kesetaraan gender dan menentang diskriminasi.
Peran Generasi Muda dan Edukasi Kesadaran Gender
Generasi muda Indonesia kini lebih sadar akan isu kesetaraan gender dan berani mengungkapkannya. Banyak organisasi dan komunitas mahasiswa mulai membahas topik-topik tersebut dalam diskusi publik, sehingga pemahaman masyarakat tentang seksisme berkembang secara bertahap. Kemajuan di bidang pendidikan mungkin akan mengubah cara berpikir kita di masa depan.
Generasi muda Indonesia saat ini berperan penting dalam mengekspresikan dan mendorong kesadaran gender. Mereka lebih terbuka terhadap konsep kesetaraan dan inklusi gender, serta berani menantang norma-norma tradisional yang kerap mendiskriminasi kelompok tertentu.
Melalui ruang media sosial seperti Twitter, TikTok, dan Instagram, banyak di antara mereka yang aktif membahas isu gender, berbagi cerita, dan menyebarkan informasi mengenai hak-hak perempuan dan minoritas seksual. Gerakan-gerakan tersebut secara tidak langsung memberikan edukasi kepada masyarakat luas tentang pentingnya pemahaman kesetaraan gender dan memberikan dukungan psikologis kepada korban diskriminasi.
Mereka tidak hanya aktif di media sosial, tetapi juga terlibat langsung dalam kegiatan publik dan debat yang menarik perhatian publik terhadap isu-isu seperti kesetaraan gender, kekerasan berbasis gender, dan hak asasi manusia.
Komunitas mahasiswa dan organisasi kepemudaan sering mengadakan seminar, lokakarya, dan kampanye di kampus dan media sosial untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya kesetaraan gender. Hal ini akan membantu mengurangi bias dan stereotip yang menghambat perubahan. Selain itu, gerakan pemuda ini diperkuat melalui kolaborasi dengan LSM yang berkecimpung di bidang isu gender.
Misalnya, kampanye komunitas remaja seperti Plan Indonesia dan SAPA dapat menjangkau lebih banyak generasi muda dengan pendekatan yang lebih inovatif dan mudah diakses. Mereka menggunakan media seperti infografis, video pendek, dan diskusi online untuk lebih memahami pesan kesetaraan gender dan menjadikannya lebih menarik bagi generasi muda.