Mohon tunggu...
Dinar Rahaju Pudjiastuty
Dinar Rahaju Pudjiastuty Mohon Tunggu... Lainnya - menulis fiksi dan non fiksi

Beberapa karya fiksi berbentuk cerita pendek bisa dilihat di berbagai koran. Menerjemahkan. Menulis non fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mendampingi Ibu Menghadapi Penyakit Kardiovaskular

1 Juli 2024   08:17 Diperbarui: 1 Juli 2024   08:31 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini saya buat bersama Millatina Tsalis Rahmani, mahasiswi tingkat akhir Program Studi D3 Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih

Kawan saya memiliki seorang ibu yang usianya kini 79 tahun. Sang ibu mengalami gangguan jantung dan pembuluh darah (penyakit kardiovaskular), tepatnya congestive heart failure (CHF) dan sudah memakai dua buah kateter (ring) di pembuluh darah jantungnya. Berikut adalah cerita kawan saya  tersebut yang terus mendampingi ibunya.

 

Gejala Yang Dialami

Mengurus ibunya, termasuk menyiapkan makan dan keperluan sehari hari,   mengambil rujukan, mengantar ibunya untuk melakukan uji laboratorium, dan mengantar ibunya konsul berkala memeriksakan fungsi jantung adalah kegiatan di antara pekerjaan rutin kawan saya.

Ibunya memasuki usia 79 tahun tentu sudah masuk kategori lanjut usia (lansia). Bahkan jika menggunakan kategori dari Departemen Kesehatan (Depkes), beliau tentu sudah masuk kelompok lansia resiko tinggi yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.  


Penggolongan lansia menurut Depkes adalah :

a) Lansia dini (55 -- 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.

b) Lansia (65 tahun ke atas).

c) Lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.(1)

Sudah dari sekitar sepuluh tahun yang lalu sang ibu mulai merasakan gangguan pada jantungnya, tetapi kawan saya sekeluarga tidak menyangka hal tersebut adalah gejala gangguan jantung. Gejalanya mirip dengan sakit tukak lambung, tetapi pemberian obat lambung tak membuahkan hasil. Sang ibu juga merasakan debar-debar di dada seperti ketakutan tanpa alasan yang jelas.

Akhirnya beliau didampingi kawan saya memeriksakan diri ke dokter karena gejala yang dirasakan makin menjadi dan tak kunjung membaik, malah nyeri di bagian ulu hati makin terasa, diikuti seperti kedinginan dan pucat pasi. Saat itu dokter yang memeriksa langsung merujuk ibunya ke rumah sakit, dengan mewanti-wanti agar jangan ditunda lagi bahwa setelah selesai pemeriksaan harus ke rumah sakit.

Tentu saja karena saat itu hari sudah menjelang malam, maka ibunya masuk ke ruang gawat darurat dan kawan saya bercerita bahwa dokter jaga di Instalasi Gawat Darurat (IGD) langsung memasang oksigen, alat monitor kerja jantung, dan mengkonsultasikan kondisi sang ibu kepada dokter spesialis jantung di rumah sakit itu.  Sekilas dokter jaga pun sempat berkata kepada kawan saya, "untung segera dibawa kesini."

 Singkat cerita, sang ibu ditempatkan di High Care Cardiac Unit selama tiga hari. Di ruangan yang tidak bisa ditunggu oleh sanak saudara, dengan betul-betul bed rest dan segala alat monitor kerja organ terutama jantung terpasang.

Kemudian setelah dokter menyatakan kondisi cukup stabil, sang ibu ditempatkan di ruang perawatan biasa untuk tetap dipantau. Setelah terpantau selama tiga hari kondisi dianggap stabil maka sang ibu pun boleh pulang.

Kata kawan saya, saat itulah terasa perlunya keluarga dekat seperti kakak ataupun adik yang mendukung, juga kawan saya bersyukur bahwa ibunya masih selamat.  Betapa kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi dan bahwa untuk selalu mengingat Yang Maha Kuasa adalah hal yang harus selalu dilakukan di setiap nafas kehidupan kita.

Semenjak itu pula kawan saya menjadi semakin rajin untuk mencari informasi tentang penyakit kardiovaskular, obat-obatan, terapi, dan pencegahannya.

Tidak Ada Kata Terlambat

Ternyata gejala seperti tukak lambung yang dulu sering dirasakan adalah tanda-tanda serangan jantung. Gejala yang dirasakan secara umum adalah rasa nyeri di bagian dada, sesak nafas, nyeri menjalar sampai ke leher, denyut nadi lemah, kedinginan tapi berkeringat, suhu tubuh menurun sampai kulit pucat, pusing, mual. (2)

Kawan saya mulai menyadari bahwa hal ini terjadi karena pengetahuan yang minim dan kurang awas terhadap berbagai kondisi. Ternyata kondisi seperti ini bisa diawali dari kecenderungan hipertensi karena pola makan dan pola beraktivitas fisik yang kurang mendukung.

Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan jantung yang mengalami kegagalan dalam memompa darah untuk mencukupi kebutuhan nutrien dan oksigen sel-sel tubuh dan biasanya terjadi pada ventrikel, jika tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan komplikasi akibat kurangnya pengetahuan tentang pencegahan.(3)

Memang penyakit yang berhubungan dengan jantung ini menjadi penyakit tidak menular yang paling banyak menyebabkan kematian. Sekitar 35% kematian penderita penyakit tidak menular disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6% karena diabetes, dan 15% disebabkan oleh penyakit tidak menular (PTM) lainnya. (4)

Penyakit tidak menular (PTM) sendiri adalah penyakit atau kondisi medis yang tidak dapat ditularkan dari satu individu ke individu lainnya. (4)

Menurut survei dari Perhimpunan Gerantologi Medis Indonesia (PERGEMI) tahun 2022 didapatkan data bahwa hipertensi menjadi PTM paling tinggi yang diderita oleh lansia yaitu 37,8%, urutan berikutnya adalah diabetes sebesar 22,9%, rematik 11,9% dan penyakit jantung 11,4%. (5)

Dari mencari informasi di puskesmas pun, kawan saya akhirnya mengetahui bahwa dalam hal ini pemerintah pun memberi perhatian besar untuk inklusivitas lansia dalam masalah pelayanan kesehatan. Pemerintah memiliki program GERMAS (Gerakan Masyarakat Sehat), dan yang di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan adalah deteksi dini penyakit.

Pelaksanaannya meliputi: pengukuran tekanan darah, pengukuran gula darah, pengukuran indeks massa tubuh, wawancara perilaku beresiko, edukasi perilaku gaya hidup sehat, pencegahan kanker payudara dengan mamografi dan kanker rahim.

Pengukuran tekanan darah ini yang dapat menjadi pemantau seseorang dalam hal resiko penyakit kardiovaskular lainnya.

Dua tahun yang lalu, akhirnya dokter memutuskan untuk memasang 2 kateter untuk untuk mengatasi sumbatan pada pembuluh darah jantung sang ibu. Keseluruhan biaya pemasangan dan perawatan ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Kawan saya mengucap syukur yang sangat dalam dan sangat berterimakasih dengan program BPJS ini.

Menurut kawan saya, ibunya bercerita bahwa dada dan pundaknya kini tidak terlalu berat, nafas lega dan aktivitas sehari-hari dilaksanakan dengan mudah.  Tidak bersusah payah seperti sebelumnya ketika belum terdeteksi dan belum terlaksananya perawatan terhadap penyakit jantung.

Barangkali kita akan merasa terkecoh merasa ketika seseorang memasuki usia lanjut dan tidak begitu aktif, kita pun memakluminya karena sudah tua, tetapi dengan pengetahuan kesehatan dan informasi kesehatan maka sebenarnya hal tersebut bisa dicegah dan ditangani.

Sudah tidak jamannya lagi lansia diidentikan dengan keadaan tidak berdaya, sakit-sakitan, harus berdiam diri di rumah tanpa kegiatan. Bahwa menjadi tua adalah keniscayaan tetapi untuk tetap sehat adalah pilihan. 

Sikap optimis, penerapan pola hidup sehat sedini mungkin, bersosialisasi, rekreasi, tetap produktif, deteksi dini penyakit, dan selalu ingat kepada Yang Maha Kuasa dapat meningkatkan kualitas hidup orang lanjut usia. Jangan dilupakan juga pendampingan para lansia oleh anak, sanak keluarga sangatlah mendukung kesembuhan dan kebahagiaan mereka.

1.           Nurwahidah. Memaksimalkan Pemberdayaan Diri pada Lansia. Non Penelit. 2010;002.

2.           Aniamarta T, Salsabilla Huda A, Lizariani Aqsha F. Causes and Treatments of Heart Attack. Biol Samudra. 2022;4(1):22--31.

3.           Yunita A, Nurcahyati S, Utami S. Gambaran Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Pencegahan Komplikasi Congestive Heart Failure (Chf). J Ners Indones. 2020;11(1):98.

4.           Rahayu D, Irawan H, Santoso P, Susilowati E, Atmojo DS, Kristanto H. Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular pada Lansia. J Peduli Masy. 2021;3(1):91--6.

5.           PERGEMI. Survey Kondisi Kesehatan dan Kesejahteraan Lansia di Indonesia. 2022;1--9. Available from: https://www.pergemi.id/info/5/survei-kondisi-kesehatan-dan-kesejahteraan-lansia-di-indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun