Mohon tunggu...
Dinari Kirana
Dinari Kirana Mohon Tunggu... Freelancer - Certified Breathwork Facilitator

Praktisi trauma healing dengan menggunakan teknik napas (Breathwork), yang juga memiliki sertifikasi Yoga, Intuitive coaching dan Energi healing. Pribadi yang eksploratif dengan beragam latar belakang keilmuan: Biologi dari Universitas Indonesia, Management dan Philosophy and Islamic Mysticism.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Toksik stres: fenomena gunung es kualitas kehidupan (well-being)

25 Desember 2024   09:40 Diperbarui: 25 Desember 2024   09:40 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Well-being (kesejahteraan) adalah suatu kondisi atau keadaan yang menggambarkan keseimbangan kualitas hidup seseorang yang mencakup berbagai aspek fisik, mental, emosional, dan sosial secara menyeluruh. Stres adalah respons alami terhadap tuntutan atau tantangan dalam kehidupan, dalam tingkat tertentu, stres adalah hal yang normal dan bahkan perlu untuk kehidupan sehari-hari. Namun, seberapa "normal" stres itu bisa bervariasi tergantung pada situasi, intensitas, dan durasinya. 

Respons stres, yang juga dikenal sebagai respons "fight or flight" (bertarung atau lari) adalah respon adaptasi umum, mencakup perubahan fisiologis yang terjadi akibat stres yang dirasakan oleh individu. Respons stres ini merupakan hasil dari stimulasi sistem saraf simpatik yang menghasilkan rangkaian respons neuro-endokrin-imun yang mencakup peningkatan laju pernapasan, detak jantung, tekanan darah, dan konsumsi oksigen secara keseluruhan.

Dalam sebagian besar situasi, perubahan fisiologis yang terkait dengan respons stres bersifat sementara, dengan tubuh kembali ke keadaan normal ketika stresor (penyebab stres) dihilangkan. Kondisi ini dikenal dengan stres positif dan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan individu.

Toksik stres mengakibatkan aktivasi respons stres yang berkepanjangan, dengan kegagalan tubuh untuk pulih sepenuhnya. Toksik stres dapat memengaruhi siapa saja yang rentan dan dapat membebani masyarakat. Gejala Toksik Stres dapat meliputi:

1. Gejala Fisik

Masalah Tidur: Sulit tidur atau tidur berlebihan (insomnia atau hipersomnia).

Sakit Kepala: Migrain atau sakit kepala yang sering.

Nyeri Otot: Ketegangan otot, nyeri punggung, leher, atau sakit tubuh lainnya.

Gangguan Pencernaan: Mual, diare, atau masalah pencernaan lainnya.

Kelelahan Berlebihan: Merasa lelah meskipun sudah cukup tidur.

Tingkat Kekebalan Tubuh Menurun: Mudah sakit, sering terkena flu atau infeksi.

Detak Jantung Cepat atau Tidak Teratur: Peningkatan detak jantung atau tekanan darah yang tinggi.

Masalah Kulit: Munculnya jerawat, ruam, atau masalah kulit lainnya.

2. Gejala Emosional dan Mental

Kecemasan dan Ketegangan: Perasaan cemas berlebihan, sering merasa gelisah atau takut tanpa alasan jelas.

Depresi: Perasaan sedih, putus asa, atau kehilangan minat pada aktivitas yang biasa disukai.

Ketidakmampuan Mengontrol Emosi: Mudah marah, tersinggung, atau mudah tersinggung.

Perasaan Tidak Berdaya: Merasa tidak mampu mengatasi masalah atau perubahan dalam hidup.

Ketakutan Berlebih: Merasa takut atau khawatir berlebihan terhadap hal-hal yang mungkin tidak terjadi.

Kesulitan Fokus atau Konsentrasi: Susah untuk fokus pada pekerjaan, tugas, atau percakapan sehari-hari.

Rasa Bersalah atau Malu: Merasa sangat bersalah atau malu tanpa alasan yang jelas.

Perasaan Kehilangan atau Cemas Berlebihan: Perasaan cemas tentang kehilangan kontrol atau masa depan.

3. Gejala Perilaku

Perubahan Pola Makan: Makan berlebihan atau kehilangan nafsu makan.

Penghindaran atau Penarikan Diri: Menghindari interaksi sosial atau menarik diri dari teman dan keluarga.

Ketergantungan pada Zat: Meningkatnya penggunaan alkohol, obat-obatan, atau makanan sebagai cara untuk mengatasi stres.

Prokrastinasi: Menunda pekerjaan atau tugas penting karena merasa terlalu terbebani.

Perubahan dalam Rutinitas: Mengabaikan rutinitas sehari-hari atau kurang motivasi untuk menjalani kegiatan biasa.

Perubahan dalam Pola Tidur: Tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit.

4. Gejala Kognitif

Kesulitan Membuat Keputusan: Merasa bingung atau sulit untuk membuat pilihan atau keputusan.

Berpikir Negatif: Memiliki pola pikir yang pesimis atau sering berpikir tentang kemungkinan terburuk.

Kehilangan Rasa Percaya Diri: Merasa tidak mampu atau tidak cukup baik.

Mudah Lupa: Lupa tentang hal-hal kecil atau kehilangan konsentrasi.

5. Perubahan Sosial

Isolasi Sosial: Menghindari hubungan atau interaksi sosial dengan orang lain.

Kesulitan dalam Hubungan: Hubungan dengan pasangan, keluarga, atau teman menjadi tegang atau mengalami konflik.

Perasaan Terasing: Merasa tidak dipahami atau tidak terhubung dengan orang lain.

Relaksi menjadi salah satu metode penting dalam mengatasi stres serta pencegahan timbulnya toksik stres. Efek fisiologis dari relaksasi respons mencakup pengurangan laju pernapasan, detak jantung, tekanan darah, dan konsumsi oksigen, serta peningkatan variabilitas detak jantung; efek-efek ini telah dipicu secara teratur dan repetitif dengan teknik-teknik seperti teknik pernapasan, meditasi, yoga dan relaksasi otot. Breathwork pernapasan dengan metode circular conected breathing yang tidak hanya bersifat relaksasi namun juga membantu mengatasi toksik stress.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun