Mohon tunggu...
Dinesh D' Roiza
Dinesh D' Roiza Mohon Tunggu... wiraswasta -

I have something special for you !!!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

"Move" part 1

13 Juni 2010   11:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:34 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

" Ok, tahan terus tepat di atas lukanya "

" e.. eee....  apa yang bisa ku bantu " sahut Dito menawarkan bantuannya. Shiva melihat kearah Dito. Shiva terdiam. Dalam hati, ia ingin memukul Dito dan teman - temannya. Namun pikirnya, ini bukan waktu yang tepat. Shiva menghela nafas.

" ya ? tolong ambilkan peralatanku dikotak itu " pinta Shiva sambil menunjuk salah satu meja. Dito bergegas mengambilnya dan menyerahkannya kepada Shiva. Shiva heran melihat tingkah laku Dito. Dito tidak seperti biasanya yang cuek dan egois. Tidak perduli dengan orang lain walau mereka mengalami masalah segawat apapun.

" thank's " ucap Shiva

" Wisma tolong pegang tangan Haqi, bantu dia agar tetap kuat " Wisma segera melakukan apa yang diminta dokter Shiva.

" ok. Haqi kamu pasti bisa menghadapi ini. Ambil nafas yang dalam dan keluarkan pelan - pelan. Ulangi terus  sampai kita selesai melakukannya" Haqipun menuruti intruksi dari Wisma.

" Ok. Tetap begitu. Ini akan terasa sedikit sakit " pinta Wisma kepada Haqi.

" siap ? " tanya shiva kepada Haqi

" ya " jawabnya walau sebenarnya dia mengalami tekanan yang berat dan rasa takut yang begitu merasukinya.

Shiva menyiramkan obat penahan rasa sakit itu ke perut Haqi. Haqi kesakitan dan mencoba bertahan. Keringat terus bercucuran dikepala dan tubuhnya. Lalu dokter Shiva membersihkan darah di tubuh Haqi. Dibukanya kotak itu dan dia mengambil segulung perban. Dilingkarkannya perban beserta obat - obatan yang dibawanya ke perut Haqi. Dia menyelesaikan tugasnya dengan sangat baik.

" Haqi, perlu kamu ketahui. Untuk saat ini dan seterusnya yang harus kamu takuti adalah rasa takut itu sendiri, bukan yang lain. Ok ! " Haqi mengangguk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun