"Wait, ya." Dengan lincah, kumasukan laptop ke dalam ransel hitamku dan disusul dengan baterainya.Â
Lagi, Liliana tertawa. Entahlah, perempuan berkulit cokelat eksotis itu murah tertawa. Tertawa lepas seolah tanpa beban.
Kuaduk cappucino dengan pelan.Â
"Jadi," Liliyana mengerjapkan kedua matanya.
"Sudah shalat istikarah, belum?"
"Eh," tatap Liliyana.
"Sudah bertanya kedua orang tuamu, belum? Setuju atau tidak?"
"Mmm..."
"Shalat lima waktu tepat waktu ditambah amalan sunah, bertanya kepada kedua orangtua, zakat, membaca Al Quran, sedekah, puasa...."
"Oke, oke. Aku tahu, Mbak. Akan tetapi, menurut Mbak, mana yang lebih okay?" Liliana mengeluarkan beberapa foto lelaki rupawan.
"Pilihlah yang paling bagus dan baik akhlaknya, seiman."