"Iya, memang sudah tidak satu prinsip lagi. Widya pulkam, pulang kampung, eerrr... bukan ke rumah orangtuanya tapi ke rumah Om dan Tantenya yang tak jauh dari apartemen kami."
"Owh, ya, susul Widya kemudian kau datang bersama Widya. Mmm, tak harus lebaran hari pertama, hari kedua tidak apa-apa." jawabku ringan sembari perlahan menuangkan adonan puding ke dalam cetakan. Setelah itu, saatnya bikin fla stroberi.
"Rasanya, tak mungkin, D. Sulit."
"Eh," aku diam sejenak. Kumencoba mencerna maksud kata "sulit" tersebut. Ah, biarlah itu menjadi urusan mereka saja. "Al, kau tak mudik?"
"Ya, D, saya mudik. Mudik ke hatimu." jawab Al mencoba merayu. "D, jika suatu saat Lilo menyakitimu, segera beritahu saya. Saya takkan ragu untuk menghajarnya. "
Aku tertawa lepas. "Bukan kusombong, ya, Al tapi banyak orang yang ingin mudik ke hatiku. Oya, bagaimana caranya kau menghajar Lilo?"
"Kau tinggal menghubungiku baik sms, telepon, atau media lain dan insya Allah saya akan menghajarnya hingga tak melihat indahnya wajahmu."
"Owh, oke."
"Saya sudah menetap di sini, D, supaya dekat denganmu. Nah, kau tak usah ragu menghubungiku, ya. Dulu, saat kau dekat seorang pria.... Siapa tuh, namanya, Bahlul? Saya datang membantumu, bukan," ucap Al jumawa.
Aku nyengir geli. "Owh, okelah, sip. Siap, Bos."
"Oke, thanks, D. Insya Allah, besok atau lebaran kedua, saya akan datang bersilaturahim ke rumahmu bersama Widya ataupun sendiri saja. Saya sudah punya modal untuk menemui ayahmu, D."