Mohon tunggu...
Dina Mardiana
Dina Mardiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Suka menulis dan nonton film, main piano dan biola

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

A Gift, Kado Persembahan Bagi Sang Raja

12 Januari 2017   23:47 Diperbarui: 13 Januari 2017   06:47 1808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ter Chantavit yang kembali bersemangat mengejar mimpi setelah didukung kolega-koleganya yang ternyata juga bisa main alat musik! ( foto: dokumentasi yang dikirimkan panitia Komik Kompasiana)

Uniknya, ketiga cerita film ini meskipun tidak saling berkesinambungan, dihubungkan dengan seorang tokoh yang di satu film menjadi tokoh figuran, namun di film berikutnya ia menjadi tokoh utama. Seperti Fa (diperankan Mew Nittha) gadis penggulung kabel yang tidak terlalu disorot di film Love at Sundown, ternyata menjadi tokoh sentral untuk film berikutnya, Still on My Mind. Begitu juga dengan Llong (diperankan Ter Chantavit), pada film Love at Sundown ia adalah pemuda punk rock penjaga sebuah toko jahit yang hanya tampil untuk satu adegan, kemudian menjadi pemeran utama untuk film New Year Greeting. Lalu bagaimana dengan tokoh utama Love at Sundown, Nine Naphat dan Violette Wautier? Keduanya dimunculkan lagi sekelebat dalam film terakhir yang ternyata adalah putra serta calon menantu bos perusahaan tempat Llong bekerja.

Nine Naphat dan Violette Wautier sebagai muda-mudi yang jatuh cinta dalam Love at Sundown. (foto: dok.Kompasiana)
Nine Naphat dan Violette Wautier sebagai muda-mudi yang jatuh cinta dalam Love at Sundown. (foto: dok.Kompasiana)
                                                                                                                foto: dokumentasi yang dikirimkan panitia Komik Kompasiana

Kekuatan cerita yang sebenarnya mengangkat tema sederhana namun bisa saja terjadi dalam kehidupan nyata: kisah cinta sepasang remaja, kisah drama keluarga yang harus bertahan hidup setelah ditinggal orang tersayang, dan kisah seseorang yang kembali menapaki impiannya yang sempat terkubur. Ditambah lagi dengan, tidak hanya wajah para pemain yang rupawan, tetapi juga kualitas akting yang prima namun tidak berlebihan, menjadikan film terbaru negeri Gajah Putih ini layak mendapat applause. Jadi, nggak salah ‘kan kalau saya baper karena begitu terhanyut di dalamnya? ;)

Mew Nittha yang bertahan hidup bersama sang ayah penderita Alzheimer sepeninggal ibunya. Sunny Suwanmethanont masuk ke dalam kehidupan mereka sebagai tukang stem piano dan juga penyemangat bagi keduanya. (foto: dokumentasi yang dikirimkan panitia Komik Kompasiana)
Mew Nittha yang bertahan hidup bersama sang ayah penderita Alzheimer sepeninggal ibunya. Sunny Suwanmethanont masuk ke dalam kehidupan mereka sebagai tukang stem piano dan juga penyemangat bagi keduanya. (foto: dokumentasi yang dikirimkan panitia Komik Kompasiana)
                                                                                                               foto: dokumentasi yang dikirimkan panitia Komik Kompasiana

Terlebih lagi, yang membuat saya kagum adalah sang raja Thailand yang dapat membuat rakyatnya mempersembahkan sesuatu yang terbaik, seperti keempat sutradara yang berkolaborasi dengan baik menghasilkan tiga cerita dikemas dalam sebuah film panjang.  Keempat sutradara itu adalah: Chayanop Boonprakob dan Kriangkrai Vachiratamporn (Love at Sundown), Nithiwat Tharatorn (Still on My Mind), Jira Maligool (New Year Greeting).

Ter Chantavit yang kembali bersemangat mengejar mimpi setelah didukung kolega-koleganya yang ternyata juga bisa main alat musik! ( foto: dokumentasi yang dikirimkan panitia Komik Kompasiana)
Ter Chantavit yang kembali bersemangat mengejar mimpi setelah didukung kolega-koleganya yang ternyata juga bisa main alat musik! ( foto: dokumentasi yang dikirimkan panitia Komik Kompasiana)
                                                                                                                  foto : dokumentasi yang dikirimkan panitia Komik Kompasiana

Chayanop Boonprakob dan Kriangkrai Vachiratamporn menegaskan, “One of the best things that a filmmaker can do is to dedicate our work to the King. There is no reasons to be hesitant to make a film inspired by the King’s musical compositions.” (Satu hal terbaik yang dapat dilakukan seorang pembuat film adalah mempersembahkan hasil karya kita kepada sang Raja. Tidak ada alasan untuk bersikap ragu-ragu dalam menyutradarai sebuah film yang terinspirasi dari komposisi musik gubahannya).

Komikers berfoto bersama sebelum film dimulai. (foto diambil dari akun FB Komik Kompasiana https://www.facebook.com/groups/398289883564976/)
Komikers berfoto bersama sebelum film dimulai. (foto diambil dari akun FB Komik Kompasiana https://www.facebook.com/groups/398289883564976/)
                                                                                   Foto diambil dari akun FB Komik: https://www.facebook.com/groups/398289883564976/

Because music is the best gift you can give

Karena musik adalah kado terbaik yang dapat kau berikan

A gift for the first time we meet

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun