Dalam hidup,kiya tak pernah lepas dari yang namanya "Kritik". Ada saatnya kita yang menerima kritik dan ada saatnya pula kita dikritik oleh orang lain.Kritik yang kita lontarkan adakalanya bersifat membangun. Namun,tak dapat dipungkiri bahwa saya atau kita sering juga melontarkan kritik berdasarkan kejengkelan atau karena ketidakpuasan.
Ada apa dengan kritik dan bagaimana seharusnya memberi kritikan ?
Baik,mestinya saat memberikan kritik terhadap orang lain kita harus hati-hati. Jangan sampai melukai hati orang lain. Setiap orang tentu memiliki caranya masing-masing untuk menanggapi kritikan. Ada yang berdarah panas ada juga yang berdarah dingin. Sekalipun kritikan itu sifatnya membangun tapi toh juga harus tau cara menyampaikannya. Kalau saya ditanya,reaksi apa yang muncul ketika dikritik ? Pada umumnya ketika saya dikritik ,saya akan menanyakan bagaimana sebaiknya ? Bagaimana semestinya ? Dan apa yang harus kulakukan ?
Oleh karena itu,kita diberi kebebasan untuk menanggapi setiap kritikan yang kita jumpai. Yang pertama jika memang kritikan itu dirasa baik dan berguna baiklah kritikan itu diterima sebagai perbaikan untuk diri sendiri,dan yang kedua kita berhak mengabaikan kritikan setiap orang apabila kritikan itu lahir dari rasa tidak suka. Kritik memang ibarat koin yang memiliki dua sisi yakni sisi baik dan sisi buruk. Yang pasti kita harus tetap bijaksana saat melontarkan kritikan pun saat menerima dan menyikapinya.
Kembali ke judul nih !!
Saya pikir kita semua pernah mendapatkan kritikan dari ibu. Entah kritikan yang bernilai positif dan juga negatif. Waktu saya sekolah,saya suka menggerai rambut panjangku. Dari rumah sebelum saya berangkat sekolah,Ibu saya sudah mendandani rambut saya dengan rapi. Kadang rambut saya dijalin,kadang dikepang,kadang juga di ikt seperti ekor kuda. Hmm,menurut saya itu model lama. Oleh karena itu,disekolah atau di dalam bus saya lepas lagi rambut saya. Karena saya ingin seperti teman-teman saya rambutnya digerai ketika jalan terlihat cantik.
Suatu kali,dalam perjalanan menuju kesekolah saya sedang asyik melepaskan jalinan rambut saya,ibuku lewat naik motor hendak belanja ke pasar. Ibu menyaksikan kelakuanku yang kurang baik itu. Sepulang sekolah ibu sudah menungguku di rumah. Setibanya di rumah saya mengganti pakaian dan makan. Setelah selesai makan ibu memanggilku dengan suaranya yang halus. Nang,ro ma jo tuson adong naing hudokkon ( Nak,sini dulu ada yang mau mama sampaikan). Aku pun segera mendekati ibuku. Ada apa ma ? Tanyaku. Ibu sudah menyiapkan sisir disampingnya.
Lalu ibu bertanya kepada saya,Mengapa rambutnya harus dilepas ? Bukankah kalau rambitmu tergerai membuatmu terganggu dalam belajar ? Saya pikir gurumu pun terganggu melihatmu kalau rambutmu terurai tidak rapi seperti itu. Bukan hanya itu ketika kamu menggerai rambut,dan kendaraan lalu lalang seperti itu bisa saja rambutmu tergulung dan kau diseret. Sementara kalau rambutmu diikat rapi,wajahmu yang cantik itupun bisa dilihat orang dan kamu tidak terganggu belajar. Mengertinya kau maksud ibu ? Ibu pun taunya mana yang cantik dan mana yang tidak cantik. Karena ibu mau anak-anak ibu  tampil cantik maka rambut kalian itu terus ibu dandani. Karena rambut adalah mahkota bagi perempuan.(sambil diambilnya sisir untuk mengikat rambutku).Mendengar perkataan ibu,saya pun tidak menjawab apa-apa. Saya biarkan ia kembali mendadani rambutku.Â
Pengalaman dikritik oleh ibu bkan sampai disitu saja. Ibuku paling suka melontarkan kritik apabila ia melihat sesuatu yang kurang pas. Baik dalam hal berpakaian,bertutur kata,ataupun cara kerja. Tapi apa yang mau saya katakan dengan itu ? Kritikan yang kuterima dari ibu tak pernah meninggalkan luka dihati. Mengapa ? Karena cara seorang ibu menegur sangat berbeda dengan cara orang lain. Bisa saya katakan seorang ibu melontarkan kritikan penuh dengan pertimbangan dan bermanfaat.
Dan yang paling membuat saya bahagia bahwa kritik ibu sifatnya tak pernah memojokkan atau menjatuhkan. Ibu punya trik tersendiri untuk menyampaikan kritikan. Ibu saya ketika ia hendak memberi kritikan  ia pasti akan memanggilku,bicara berdua dan kritikannya selalu didahuli oleh tujuan dan manfaat dari sesuatu yang hendak ia kritik. Makanya,kalau di tempat umum ketika ibu melihat sesuatu yang tidak beres kami buat ia akan berbisik " Nanti kita bicara di rumah". Ketika kata-kata ini muncul maka siap-siaplah mendengarkan litani. Hehehehe
Inilah salah satu ilmu yang ditanamkan ibu kepada kami anak-anaknya. Bagaimana harusnya cara memberi kritik tanpa melukai orang lain. Caranya Panggil dan silahkan bicara berdua,kritikan harus dipertimbangkan, dan yang terakhir adalah gaya bahasa dan reaksi tubuh saat menyampaikan kritikan. Jangan sekali-sekali kritik orang lain di depan umum kecuali kamu diminta untuk mengkritik.Dan jangan pernah melontarkan kritikan kritikan kepada orang lain oleh karena rasa iri apalagi benci dan dendam. Itu dosa besar.
Memang,ibu adalah kritikus terbaik dalam hidupku. Ia pandai bertutur kata walapaun dalam situasi marah. Ia bijaksana dalam menyampaikan setiapa kata yang keluar dari mulutnya. Bahkan kritiknya pun menjadi benih-benih kebijaksanaan dalam hidup. Tak ada yang sanggup menggantikan posisi ibu dalam bertutur kata yang lembut.
Semoga kita menjadi pribadi-pribadi yang bijaksana dalam menyampaikan dan menerima kritik.
Semoga bermanfaat !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H