Mohon tunggu...
Dina Finiel Habeahan
Dina Finiel Habeahan Mohon Tunggu... Guru - be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BE A BROTHER FOR ALL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kritikus Terbaik dalam Hidupku adalah Ibu

22 Desember 2020   14:21 Diperbarui: 22 Desember 2020   14:40 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam hidup,kiya tak pernah lepas dari yang namanya "Kritik". Ada saatnya kita yang menerima kritik dan ada saatnya pula kita dikritik oleh orang lain.Kritik yang kita lontarkan adakalanya bersifat membangun. Namun,tak dapat dipungkiri bahwa saya atau kita sering juga melontarkan kritik berdasarkan kejengkelan atau karena ketidakpuasan.

Ada apa dengan kritik dan bagaimana seharusnya memberi kritikan ?

Baik,mestinya saat memberikan kritik terhadap orang lain kita harus hati-hati. Jangan sampai melukai hati orang lain. Setiap orang tentu memiliki caranya masing-masing untuk menanggapi kritikan. Ada yang berdarah panas ada juga yang berdarah dingin. Sekalipun kritikan itu sifatnya membangun tapi toh juga harus tau cara menyampaikannya. Kalau saya ditanya,reaksi apa yang muncul ketika dikritik ? Pada umumnya ketika saya dikritik ,saya akan menanyakan bagaimana sebaiknya ? Bagaimana semestinya ? Dan apa yang harus kulakukan ?

Oleh karena itu,kita diberi kebebasan untuk menanggapi setiap kritikan yang kita jumpai. Yang pertama jika memang kritikan itu dirasa baik dan berguna baiklah kritikan itu diterima sebagai perbaikan untuk diri sendiri,dan yang kedua kita berhak mengabaikan kritikan setiap orang apabila kritikan itu lahir dari rasa tidak suka. Kritik memang ibarat koin yang memiliki dua sisi yakni sisi baik dan sisi buruk. Yang pasti kita harus tetap bijaksana saat melontarkan kritikan pun saat menerima dan menyikapinya.

Kembali ke judul nih !!

Saya pikir kita semua pernah mendapatkan kritikan dari ibu. Entah kritikan yang bernilai positif dan juga negatif. Waktu saya sekolah,saya suka menggerai rambut panjangku. Dari rumah sebelum saya berangkat sekolah,Ibu saya sudah mendandani rambut saya dengan rapi. Kadang rambut saya dijalin,kadang dikepang,kadang juga di ikt seperti ekor kuda. Hmm,menurut saya itu model lama. Oleh karena itu,disekolah atau di dalam bus saya lepas lagi rambut saya. Karena saya ingin seperti teman-teman saya rambutnya digerai ketika jalan terlihat cantik.

Suatu kali,dalam perjalanan menuju kesekolah saya sedang asyik melepaskan jalinan rambut saya,ibuku lewat naik motor hendak belanja ke pasar. Ibu menyaksikan kelakuanku yang kurang baik itu. Sepulang sekolah ibu sudah menungguku di rumah. Setibanya di rumah saya mengganti pakaian dan makan. Setelah selesai makan ibu memanggilku dengan suaranya yang halus. Nang,ro ma jo tuson adong naing hudokkon ( Nak,sini dulu ada yang mau mama sampaikan). Aku pun segera mendekati ibuku. Ada apa ma ? Tanyaku. Ibu sudah menyiapkan sisir disampingnya.

Lalu ibu bertanya kepada saya,Mengapa rambutnya harus dilepas ? Bukankah kalau rambitmu tergerai membuatmu terganggu dalam belajar ? Saya pikir gurumu pun terganggu melihatmu kalau rambutmu terurai tidak rapi seperti itu. Bukan hanya itu ketika kamu menggerai rambut,dan kendaraan lalu lalang seperti itu bisa saja rambutmu tergulung dan kau diseret. Sementara kalau rambutmu diikat rapi,wajahmu yang cantik itupun bisa dilihat orang dan kamu tidak terganggu belajar. Mengertinya kau maksud ibu ? Ibu pun taunya mana yang cantik dan mana yang tidak cantik. Karena ibu mau anak-anak ibu  tampil cantik maka rambut kalian itu terus ibu dandani. Karena rambut adalah mahkota bagi perempuan.(sambil diambilnya sisir untuk mengikat rambutku).Mendengar perkataan ibu,saya pun tidak menjawab apa-apa. Saya biarkan ia kembali mendadani rambutku. 

Pengalaman dikritik oleh ibu bkan sampai disitu saja. Ibuku paling suka melontarkan kritik apabila ia melihat sesuatu yang kurang pas. Baik dalam hal berpakaian,bertutur kata,ataupun cara kerja. Tapi apa yang mau saya katakan dengan itu ? Kritikan yang kuterima dari ibu tak pernah meninggalkan luka dihati. Mengapa ? Karena cara seorang ibu menegur sangat berbeda dengan cara orang lain. Bisa saya katakan seorang ibu melontarkan kritikan penuh dengan pertimbangan dan bermanfaat.

Dan yang paling membuat saya bahagia bahwa kritik ibu sifatnya tak pernah memojokkan atau menjatuhkan. Ibu punya trik tersendiri untuk menyampaikan kritikan. Ibu saya ketika ia hendak memberi kritikan  ia pasti akan memanggilku,bicara berdua dan kritikannya selalu didahuli oleh tujuan dan manfaat dari sesuatu yang hendak ia kritik. Makanya,kalau di tempat umum ketika ibu melihat sesuatu yang tidak beres kami buat ia akan berbisik " Nanti kita bicara di rumah". Ketika kata-kata ini muncul maka siap-siaplah mendengarkan litani. Hehehehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun