Mohon tunggu...
Dina Finiel Habeahan
Dina Finiel Habeahan Mohon Tunggu... Guru - be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BE A BROTHER FOR ALL

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kaul Kemurnian

22 Oktober 2020   21:50 Diperbarui: 2 Juni 2021   12:19 2518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilihan nilai religius sebagai suatu bentuk hidup mengugkapkan hidup "hanya pada Allah", suatu persembahan tanpa syarat kepadanya. Dalam penghayatan kaul kemurnian ini, hanya satu hal saja yang saya kehendaki yakni Kristus. 

Kaul kemurnian yang saya ikrarkan sebagai bentuk jawaban saya atas Cinta Allah. Dengan kata lain, hanya satu motivasi yakni ingin menjadi pengikut-Nya yang sejati.

Bagi seorang religius, kemurnian adalah cara hidup yang dipilih dengan kehendak bebas demi Kerajaan Allah. Hidup murni yang dimaksudkan untuk memusatkan diri pada perkara Ilahi dan menjauhkan diri dari perkara duniawi. Kaul kemurnian merupakan tugas untuk mencintai diri dan orang lain, menjalin persahabatan yang saling menghormati.

Baca juga: Taat Kepada Yesus Itu Penting, Bukan Iman Saja

Bagaimana dengan motivasi? Keinginan untuk menjadi seorang biarawati adalah impian terdalam saya. Keinginan ini terungkap dalam kesetiaan terhadap janji kaul kemurnian yang saya ikrarkan. Menjaganya dengan hati yang bebas, tanpa dipaksa oleh orang lain. 

Contohnya dalam pergaulan dengan orang-orang di luar komunitas saya selalu menjaga status saya sebagai seorang biarawati, menjaga jarak dalam pergaulan dengan lawan jenis. 

Lewat kaul kemurnian ini saya ingin mempersembahkan dan membaktikan diri secara penuh kepada Tuhan. Hanya satu saja yang hendak saya capai yakni Kristus. Akan tetapi, saya sadari bahwa begitu banyak tawaran dunia yang menggiurkan. Tawaran-tawaran yang seakan-akan menuntut saya untuk mengikuti tren, perubahan zaman dan gaya zaman sekarang. 

Baca juga: Kenaikan Yesus, antara Harapan dan Jaminan bagi Manusia

Dalam menyikapi tawaran-tawaran dunia ini, lantas saya bertanya dalam hati: apakah jalan hidup yang sedang saya jalani dan pilih ini bertentangan dengan realitas yang tengah terjadi dan berlangsung sekarang ini? Dan apakah saya dibilang ketinggalan zaman? Jawaban yang saya temukan adalah tidak. Sama sekali tidak bertentangan dengan zaman. 

Terhadap pertanyaan di atas saya berani mengatakan ini soal pilihan hidup. Pilihan hidup yang tidak ditentukan oleh perkembangan zaman/oleh orang lain. 

Pilihan hidup yang lahir dari suatu kesadaran pribadi dan kesadaran pribadi inilah yang mendorong sehingga saya berani mengikrarkan dan menghayati kaul-kaul kebiaraan terutama kaul kemurnian.

Saya terinspirasi dari ungkapan seorang kudus yang mengatakan: "janganlah engkau mengharapkan untuk memiliki dunia, karena dunia bukan milikmu." Kata-katanya ini sungguh menarik dan menyentuh hati saya. Di samping menarik dan menyentuh juga menantang. 

Baca juga: Kenaikan Yesus Kristus ke Surga: Sebuah Renungan

Menantang karena apakah saya mampu menghayati kaul kemurnian di tengah realita dan zaman ini? Sebagai manusia saya sadari dan akui bahwa ada juga keinginan dan hasrat untuk mengalami seperti yang dialami oleh orang-orang yang tidak menempuh jalan kusus seperti ini. 

Dunia saya ini seolah-olah berbeda dunia orang yang bukan biarawati. Namun, di balik ungkapan ini, tersirat suatu makna yang mendalam, menguatkan dan meneguhkan saya yakni tawaran-tawaran dunia menjadi tidak berarti apa-apa sekalipun baik dan indah, ketika saya hanya memiliki Yesus dalam hidup dan hidup bersatu dengan-Nya.

Salam

Kaul artinya janji kepada Allah yang dibuat dengan tekad bulat dan kehendak bebas mengenai sesuatu yang mungkin dan lebih baik harus dipenuhi demi keutamaan religi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun