Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Biasa disapa Kaka D! ~ Best In Opinion Kompasiana Awards 2024 ~ Hidup pada dunia puisi dan literasi | Etymology Explorers | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dilema 'Packing' Belanja Online: Antara Keamanan vs Limbah Plastik

16 Januari 2025   17:15 Diperbarui: 16 Januari 2025   20:45 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Freepik/iamtui7 (Ilustrasi Packing Belanja Online)

Saat melihat pesan masuk tersebut, saya terdiam dan kebingungan. Sebab, produk yang saya jual sangat ringkih betul -- sedikit kena air / lembab saja langsung rusak. Disisi lainnya, performa dan reputasi toko adalah pertaruhannya -- jikalau ada bintang 4 saja langsung menurun apalagi bintang 1.

Alhasil, saya iyakan -- dengan pertimbangan cuaca dan jarak. Berkat menggunakan kertas art carton, produk pun sampai dengan selamat, meski pada saat proses pengantaran rasa was-was menggebu.

Sikap pembeli model ini tergolong sangat langka. Tetapi sekalinya bertemu, pasti seakan menjadi beban penjual, sebab sangat tegas dalam bersikap dan masalah keamanan bisa dikesampingkan.

2. Masa bodo, yang penting barang gue aman

Dominan pembeli yang selalu hadir adalah 'masa bodo' dan 'berlebihan'. Masa bodo soal sampah atau dampak dari pengemasan -- dan yang berlebihan minta ekstra++ packing tambahan. Tentu tidak salah dalam hal ini, terlebih jika produk yang dibelinya ringkih.

Tetapi, adakalanya sisi pembeli terasa over. Perlu diketahui, bahwa setiap toko memiliki kebijakan pada setiap aktivitas, dari mulai masalah pengemasan, pengembalian barang, hingga jadwal pengiriman.

Dari sisi pengemasan sendiri, sebenarnya setiap toko menerapkan beberapa hal yang berbeda-beda, misalnya toko A untuk masalah pengemasan hanya menggunakan 1 plastik plong -- tidak lebih dan tidak kurang, maka pembeli pun mau tidak mau harus mengikuti. Begitu pun toko lainnya, yang mungkin menerapkan sistem tambah bubble wrap dengan biaya ekstra.

Terkadang, toko sudah menerapkan sebuah kebijakan tetap soal packing + dipertimbangkan, namun ada pembeli yang alih-alih ketakutan ia 'maksa' supaya pesanannya dikemas plastik secara berlebihan, bahkan tak segan sampai cekcok dengan penjual dan lagi-lagi ancamannya masalah pemberian rating produk (buruk) yang akan diberikan setelah pesanan sampai.

Model pembeli yang masa bodo dan berlebihan seperti inilah, paling sering ditemukan namun juga paling susah dikalahkan. 

Tetapi, baik model peduli lingkungan ataupun masa bodo ini, bukan semata-mata hanya ditemukan pada sisi pembeli saja melainkan juga kerap ditemui pada sisi penjual. Dan itulah realita jual-beli di pasar online marketplace dari sudut pengemasan/packing, sama-sama memiliki plus dan juga minus.

Antara Keamanan dan Limbah Plastik

Ada tiga poin utama yang pasti dicari oleh konsumen saat belanja online, yakni harga, kecepatan, dan kemudahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun