Meminjam buku, tentu sudah bukan menjadi hal yang baru dan kaku. Ketika membutuhkan buku hanya untuk kebutuhan terbatas ataupun karena benar-benar sedang terkendala masalah finansial, selain membaca di perpustakaan, meminjam adalah sebuah pilihan yang kerap dilakukan.
Bahkan, meminjam buku bukan hanya dilakukan melalui perpustakaan, melainkan juga koleksi pribadi kerabat terdekat. Dengan begitu, si peminjam tentu akan merasa jauh lebih hemat lagi. Terlebih, selain buku-buku original ada yang tergolong mahal, keberadaannya terkadang juga sudah langka atau susah didapat, entah karena habis stok ataupun cetakan terbatas.
Tetapi, kenyataannya hiruk-pikuk meminjam dan meminjamkan buku agaknya sering kali tidak mulus seperti yang dibayangkan.
Apalagi, jika dilihat dari sisi pemilik buku yang berawal sukarela meminjamkan buku-buku koleksi pribadinya untuk dibawa dan dibaca orang lain. Namun, saat buku-bukunya sudah dipinjamkan, justru kerap mendapati hal tak terduga dari si peminjam, entah bukunya menjadi rusak, ada coretan, dan yang paling miris adalah tidak dikembalikan dengan berbagai alasan.
Memang, meminjamkan buku adalah perilaku yang sangat baik, sebab ilmu yang tertuang dalam buku bisa semakin luas dirasakan manfaatnya oleh orang lain. Tetapi, jika sudah pernah mendapati perlakuan kurang mengenakan ketika mau meminjamkan buku, tentu akan berubah menjadi hal yang diwaspadai, sebab rasa was-was bahkan trauma kerap menghantui.
Niat Jual Buku, Malah Dipinjam dan Nggak Kembali
Bisa menulis ini, tentu karena pernah mengalaminya. Sekitar 2 tahun lalu, ketika tetangga yang tidak pernah bertamu tiba-tiba saja mau mampir ke rumah, dan ternyata memang bertujuan mau meminjam buku untuk anaknya yang saat itu sekolah di bangku SMK, plus saat itu sudah mendekati kelulusan.
Buku yang dipinjam adalah buku administrasi perkantoran dan berkondisi mulus masih seperti baru, meski sudah dijuluki sebagai buku bekas. Sangat jelas betul ucapan beliau kala itu, "Pinjam dulu ya Mba bukunya," maka karena yang saya tahu beliau orangnya baik jadi saya pinjamkan.
Jika, lahir kata 'pinjam', tentu harus dikembalikan, bukan?
Kebetulan, buku itu sudah lebih dulu saya jual di marketplace. Tetapi, begitu ada yang meminjam, otomatis harus saya nonaktifkan pada sistem penjualan.
Begitu ditunggu sampai sekitar sebulan, buku yang dipinjam belum juga kembali. Sampai suatu ketika, beliau lewat depan rumah dan mencari keberadaan saya dengan bertanya ke Ibu. Saya pikir mau mengembalikan buku, taunya cuma nanya! Ibu saya pun heran dan kami berada dipikiran yang sama saat ngobrol, "Kok bisa ya, orang bilangnya pinjam, tetapi hatinya enteng betul tidak mau mengembalikan".