Biasanya hanya beberapa genre tertentu yang ditambahkan secara lebih detail untuk memastikan isi/topik yang dibahas. Salah satunya, seperti agama & filsafat, pada informasi genre ini biasanya akan ditambahkan atau dikerucutkan lagi, misalnya agama & filsafat (agama islam) atau agama & filsafat (kepercayaan), dsb. di mana semua tambahan tersebut disesuaikan dengan topik kepercayaan atau agama yang menjadi pembahasan utama pada buku.
Tetapi, rupanya tidak semua genre yang dicantumkan pada sebuah buku bisa sesuai, lho. Sering kali terdapat isi buku yang tidak nyambung dengan genre yang sudah dipilih. Misalnya, pada sebuah buku tercantum jelas memiliki genre crime, tetapi begitu dibaca justru hampir full berisi romansa.
Jika, disandingkan dengan si pembaca, tentu memiliki minat yang berbeda-beda. Bahkan, genre termasuk yang paling sentral saat seseorang memilih buku, sebab dominan pembaca sudah memiliki genre kesukaan, hingga sulit untuk menyukai/beralih ke genre lainnya. Jadi, kalau membeli buku, pasti bukan hanya dicek pada bagian judulnya saja, melainkan juga genrenya. Kalau rupanya terdapat kesalahan pada buku, tentu kerap membuat si pembaca lebih memilih berhenti dan tidak melanjutkan membaca.
Sisi ini kerap dirasakan oleh Kak Caca, seorang penikmat seni dan sastra yang curhat melalui Quora mengenai kesalahan genre buku, "Saya suka membaca novel genre action, horror dan crime. Saya membeli buku terbitan wattpad... bergenre action, yang ternyata pas saya baca justru ada romansa dan dan family. Dominan adalah romancenya. Saya merasa di prank, karena novel ini memiliki 300-an halaman, dan 200-an halaman lebihnya dominan romance".
5. Masalah format penulisan
Sebagai pembaca tentu kita selalu berpikir, bahwa jika buku sudah berhasil diterbitkan, otomatis sudah melewati proses penyuntingan detail untuk memastikan ejaan hingga tata bahasa dengan benar.
Tetapi, kenyataannya tidak semua buku benar-benar rapi dan terhindar dari kesalahan. Seperti, terdapat typo, penggunaan sebuah tanda baca yang kurang sesuai, font terlalu kecil, hingga spasi yang terlalu rapat. Alhasil, kesalahan-kesalahan seperti ini kadang kala membuat pembaca merasa risih, apalagi jika kesalahannya berulang pada beberapa halaman, sehingga memutuskan untuk berhenti membacanya.
Masih dari narasumber yang sama, Kak Caca turut mengungkap, "Karena kualitasnya sangat mengecewakan!... Cetak tulisannya kecil kaya kutu, spasinya rapat banget, membuat mata saya yang sudah minus menjadi tambah minus, penulisan teriaknya juga huruf kapital semua, penggunaan tanda baca yang gak sesuai, typo... Maka saya memutuskan untuk menyerah dan tutup buku."
Dari Sisi Pembacanya
Bukan hanya dari sisi buku, faktor yang kerap membuat seseorang tidak mau menuntaskan bacaan (buku) yang sedang mereka baca juga berasal dari dirinya sendiri, berikut diantaranya:
1. Korban diskon semata
Diskon, memang suka datang tiba-tiba, sering kali tidak bisa dipastikan kehadirannya.