Berikut cara mudah mengenali E-Book bajakan, sebagai langkah untuk menghentikan 'pembajakan' dan mengurangi kerugian.
1. Pembelian melalui tangan tidak resmi
E-Book bajakan biasa dijual bebas di pasar online sampai sosial media. Di pasar online alias marketplace, E-Book bajakan sekilas terlihat seperti produk pada umumnya yang memiliki foto meyakinkan + iming-iming bonus tambahan (seperti gratis ongkir, pengiriman secepat kilat, hingga bonus buku lainnya).
Kalau dilihat dari sisi judul dan foto memang terlihat bagaikan produk original. Tetapi, jika ditelaah lebih mendalam, produk E-Book tersebut adalah bajakan. Bisa kita perhatikan pada bagian deskripsi, di mana penjual enggan untuk menyebutkan keorisinilan produk, alias lempeng begitu saja dan diganti dengan iming-iming berbagai bonus, seperti 'Bonus buku lainnya, bebas milih', 'tidak ada ongkir', 'harga termurah' dsb.
Sedangkan, E-Book original hanya bisa kita dapatkan melalui penerbit resmi dengan akses khusus, alias menggunakan aplikasi tertentu dan pilihan. (Jelasnya pada poin 4 di bawah).
2. Harga diluar nalar
E-Book bajakan yang berada di pasar online harganya sangat diluar nalar, alias lebih murah dari bayar parkir, dari mulai Rp 500 (perak), Rp 2.000, sampai Rp 5.000-an.
Menyoal harga, biasanya pengedar memberikan pilihan selayaknya promo buku bundling. Misal, jika satuan harganya Rp 500 (perak), tetapi kalau mau yang lebih murah bisa pilih bundling/paket, seperti Rp 2.000 sudah dapat 10 buku. Bahkan ada juga yang demo-an, alias borongan, bayar tidak sampai Rp 10.000 sudah bisa dapat file puluhan buku.
Sedangkan, harga E-Book original kemungkinan tidak jauh dari versi cetaknya, namun tetap lebih murah dan pastinya aman dikantong.
Mengapa harga versi original tetap pada standar harga versi cetak?
Meskipun bentuknya digital, harga tetap harus diperhitungkan, di mana keuntungannya diberikan kepada semua pihak berjasa yang sudah bekerja keras disetiap aktivitas produksinya, dari mulai sang penulis, pihak penerbit, hingga pihak lainnya yang terlibat.