Selain ke-4 poin di atas, komik bekas bisa dihargai murah karena dominasi dari volume / edisi yang tidak lengkap, alias cabutan.
Jika, sudah tercantum kata 'bekas', maka kondisinya pun apa adanya dan seadanya. Seperti soal volume / edisi komik yang dominan didapatkan sudah tidak fullset, melainkan loncat-loncat antara satu volume ke volume lain.
Kemudian, (dari hasil cabutan) kerap kali karena jumlahnya yang acak membuat penjual memasukannya ke dalam kategori masa penghabisan. Jadi, harga murah dan obral kerap diberikan, supaya cepat laku terjual dan judul-judul yang baru bisa segera masuk ke toko.
Kalau ditanya, kan tetap bisa dijual lebih mahal? Toh, para pembeli tidak tahu-menahu masalah faktor di dalam toko.
Betul, memang bisa sekali dijual dengan harga mahal, apalagi jika komik-komiknya tergolong langka atau sudah susah dicari.
Tetapi, aktivitas berjualan buku itu tidak melulu soal keuntungan, melainkan juga turut membantu teman-teman yang membutuhkan. Banyak sekali yang menginginkan bisa membaca buku tetapi masih sulit mendapatkan buku itu sendiri karena kendala keuangan.
Jadi, dengan memberi harga murah tidak membuat rugi. Terlebih jika modal awal yang digunakan hanya sedikit, dan minim pajak dari marketplace.
Kalau Pakde saya bilang, "Buat apa mahal kalau tidak laku, buku-buku hanya jadi bertumpuk dan sia-sia tidak dibaca. Lebih baik murah, tetapi cepat lakunya supaya orang lain bisa ikut menikmati ilmu dan manfaatnya."
Semoga ulasan ini bermanfaat yaa, dan menambah wawasan kamu dalam mengenal luasnya dunia buku. Salam literasi, semoga sehat-sehat selalu untuk kamu yang sedang membaca artikel ini.
Penulis: Dina Amalia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H