Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Biasa disapa Kaka D! ~ Best In Opinion Kompasiana Awards 2024 ~ Hidup pada dunia puisi dan literasi | Etymology Explorers | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Suara Apa yang Muncul di Kepala Saat Kita Lagi Asyik Membaca?

12 November 2024   08:35 Diperbarui: 12 November 2024   13:41 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: The Conversation/Gary Waters (Ilustrasi Suara di Dalam Kepala)

Pra-sekolah menjadi salah satu masa di mana kita mulai dikenalkan huruf dan sedikit demi sedikit mulai mengeja suku kata. Sederhana saja, seperti dahulu ketika orang tua mulai mendikte 'I - ni Bu  di', 'I - ni I - bu Bu - di', 'I - ni Ba - pak Bu - di', secara spontan tubuh mungil ini mengikuti sambil melihat ejaan yang ditunjuk perlahan oleh Ibu.

Perjalanan mengenal huruf dan suku kata pada masa kecil, seakan menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu oleh orang tua, seraya menerka-nerka "Anak ini bakal nurut ngga ya untuk diajari membaca pertama kali?", "Anak ini bisa cepat memahami ngga, ya?". Sebab, masa itulah yang menjadi pintu pertama kita menuju jendela dunia.

Masa-masa itu pula yang kelihatannya hanya hal sederhana saja, namun rupanya memiliki seluk-beluk dunia membaca yang amat panjang.

Tanpa disadari, ketika mulai mengenal suku kata dan membaca, ada tiga transisi yang pasti kita lewati, lho.

Transisi dan Fase dalam Membaca 

Pertama, saat mulai belajar membaca yang diawali dengan ejaan huruf, pasti kita membacanya menggunakan 'suara yang cukup lantang atau keras'. Bukan tanpa sebab, membaca dengan menggunakan suara yang lantang/keras mampu membuat naskah bacaan jadi semakin mudah untuk dipahami, khususnya bagi anak-anak yang baru saja belajar membaca.

Fase selanjutnya, saat membaca bukan lagi menggunakan suara yang keras, melainkan 'bergumam', alias hanya mengeluarkan suara kecil seperti berbisik, bahkan hanya menggerakkan ujung bibir saja.

Tetapi, rupanya tak berhenti pada kedua fase tersebut saja. Sebab, ketika kemampuan kita dalam membaca terus berkembang, maka perlahan 'suara keras' dan 'bergumam' itu akan semakin memudar, dan mulai beralih pada fase membaca 'dalam hati'. Masa inilah yang memulai suara di kepala perlahan muncul.

Kelihatannya hanya hal sederhana, bukan? 

Tapi, pernahkah kita jadi bertanya-tanya, sebenarnya suara apasih yang muncul ketika sedang asyik membaca? Apa benar berasal dari dalam hati?

Pertanyaan sederhana itu juga kerap diajukan oleh seorang remaja berusia 14 tahun, yakni Luiza dari Brasil, ia bertanya, "Suara apa yang hadir di kepala saat kita lagi asyik membaca?".

Pakar bahasa dan membaca dari University of Memphis, yakni Bert Meisinger dan Roger J. Kreuz yang juga sebagai Associate Proffessor of Psychology telah meneliti mengenai bagaimana transisi dalam mengenal bahasa dan membaca, dari mulai membaca menggunakan 'suara yang keras', hingga perlahan beralih menjadi membaca 'dalam hati'.

Dalam penelitiannya, Bert dan Roger juga turut menyertakan pertanyaan yang diajukan oleh Luiza seorang remaja dari Brasil tersebut.

Private Speech & Inner Speech

Bert dan Roger mengungkap, beralihnya kebiasaan membaca dari 'suara keras' menjadi ke 'dalam hati' agaknya memiliki kemiripan dengan pola perkembangan anak-anak dalam berbicara dan perpikir.

Di lingkungan rumah atau taman bermain, pasti kita pernah berjumpa dengan anak kecil yang sedang bermain dan ia kerap asyik berbicara sendiri, entah sambil ketawa-ketiwi ataupun sambil memegang mainan ditangan. Psikolog Rusia, Lev Vygotsky, mengungkap bahwa hal ini disebut dengan 'private speech' yang berarti 'pembicaraan pribadi'.

Bukan terjadi pada anak-anak kecil saja, tetapi private speech juga berlaku pada orang-orang dewasa, yang diartikan sebagai gaya/cara seseorang untuk berpikir ketika menghadapi sebuah tantangan.

Ketika kemampuan berpikir (private speech) pada anak-anak terus tumbuh, maka kemampuan ini juga terus bergeser menjadi 'berbicara' di (dalam kepala) mereka, dan bukan lagi menggunakan suara yang keras. Kemampuan ini disebut dengan 'inner speech' yang berarti 'pembicaraan di dalam hati'.

Ketika diri kita sudah memahami proses membaca dengan baik, maka semakin mudah dan nyaman untuk membaca di dalam hati. Sebab, bisa jauh lebih cepat membaca tanpa perlu lagi mengucap suku kata. Terlebih, kita bisa membaca berulang kali (kembali) ke bagian sebelumnya, bahkan bisa melewati kata-kata yang akrab kita kenali atau pendek.

Membaca di dalam hati rasanya lebih tenang dan fokus tanpa mengganggu sekitar. Saat kita membaca di dalam hati juga, kita beranjak mengenali 'inner voice' alias 'suara batin' diri kita.

Inner Voice: Suara yang Akrab Menyapa di Kepala Saat Asyik Membaca

'Inner voice' merupakan suara yang akrab menyapa ketika kita sedang membaca. Bagi sebagian besar orang mungkin hal ini sudah lumrah, alias sudah paham dan biasa. Tetapi, terkadang masih sulit untuk ditafsirkan atau diketahui pasti istilahnya.

Seperti yang diungkap oleh Bert dan Roger, bahwa ada penelitian mendapati beberapa orang yang mengakui kalau dirinya sering mendengar 'suara batin/inner voice' saat membaca di dalam hati.

Masih dalam penelitian yang sama, suara batin/inner voice sendiri memiliki beberapa jenis. Diantaranya: suara yang kedengerannya mirip sekali dengan gaya berbicara kita, suara yang sama persis dengan pelafalan lisan diri kita, hingga suara yang memiliki corak nada berbeda.

Lalu, mana wajah asli inner voice diri kita yang akrab menyapa saat membaca?

Suara yang muncul di (dalam kepala) kita tergantung dari bacaan yang sedang kita nikmati, tidak tetap dan dapat berubah.

Misalnya, ketika kita membaca sebuah novel, terdapat kalimat yang terkesan kasar/keras karena penggunaan tanda baca dan bersifat suruhan oleh si tokoh cerita, maka di (dalam kepala) kita seakan spontan mendengar riuh ucapan suara tokoh tersebut.

Jadi, inner voice muncul sesuai dengan apa yang diri kita lagi baca. Berpengaruh otomatis mengikuti setiap kalimat/tanda baca yang muncul, dan bagaimana menikmati suasananya, semua bergantung pada alur dan kalimat yang dihadirkan.

Saat kita membaca buku dan kerap bermunculan riuh suara di (dalam kepala), artinya kita telah berhasil menjadi orang yang piawai membaca di dalam hati. - Bert dan Roger

Penulis: Dina Amalia

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun