Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Biasa disapa Kaka D! | Hidup pada dunia puisi dan literasi | Etymology Explorers | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan dan kesehatan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Antara Buku Bekas dan Buku Lawas, Apa Bedanya?

19 Oktober 2024   10:08 Diperbarui: 30 Oktober 2024   23:47 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi / Dina Amalia (Penampakan buku lawas 1984 yang masih mulus, hanya sisi pinggir buku jadi retro)

Sekalipun, jika penjual buku bekas mendapatkan barang yang tidak layak, maka akan disingkirkan, dan jika barang berdebu maka akan dibersihkan. Setiap penjual buku bekas, melakukan proses penyortiran dan pembersihan. Meski menjual barang dalam kategori 'bekas', bukan berarti semena-mena pula menjual barang dagangan dengan kotor rupa.

Dari sisi pembeli

Baik pembeli buku yang datang dari para penggemar / kolektor, langganan, ataupun memang pure dari pembeli baru yang mencari buku sesuai kebutuhan saja, kata 'bekas' sudah sangat dikenal dekat dan dipahami secara natural, di mana biasanya mereka menganggap 'kalau buku bekas, ya artinya second, sudah bekas dipakai orang'.

Dalam pasar online, tanpa perlu bertanya lagi, pembeli buku biasanya sudah mengenali buku bekas melalui ciri dan toko, yang kalau membelinya 'sangat sadar' akan kondisi bahwa buku yang dijual adalah 'bekas', terlebih ada foto dan deskripsi yang membantu proses pengenalan.

Seperti beberapa pelanggan yang turut mengungkapkan kondisi buku melalui ulasan ataupun pesan, "Walaupun buku bekas, tapi bukunya masih rapih banget" tutur Kak Darmawan melalui ulasan Buku SEFT. Lagi, Kak Ella yang merupakan pemburu buku-buku novel juga turut mengutarakan, "Gokillll ini kaya nemu harta karun... Buku bekas tapi masih bagusss, cetakan pertama pulak... rejeki bangettt...".

Penyebutan kondisi dan kata 'bekas' sangat terlihat jelas melalui 2 contoh ungkapan pelanggan di atas. Mereka selalu menggunakan kata 'bekas' saat menilai dan tak segan untuk membeberkan kondisi si buku. Sama sekali tidak ada yang keresahan mengenai kondisi 'bekas'.

Jadi, mana yang lebih melekat? Buku bekas atau buku lawas?

Dalam aktivitas jual-beli buku, penyebutan 'buku bekas' jauh lebih melekat, baik dari sisi penjual ataupun pembeli.

Bahkan, masyarakat kalau mendengar atau membaca plang bersisipan kata 'bekas' saja pasti secara otomatis langsung paham, bahwa produk yang dijual adalah produk yang telah digunakan orang lain, alias tangan kedua.

Dalam dominasi pasar buku, jarang sekali yang ciri / plang toko menyebut 'buku antik' atau 'buku lawas'. Ada, namun terbilang sangat jarang, sebab 'buku bekas' dalam dominasi pasar buku sudah mencakup berbagai kondisi buku, baik buku bekas, buku antik atau buku lawas, hingga buku langka.

Jarang juga ada pelanggan yang bertanya, "Kak, bukunya lawas ya?", bahkan terbilang nihil. Justru kebanyakan pelanggan to the point bertanya, "Kak, ini kondisinya bekas, ya? Boleh liat isi bukunya, ngga?"

Maka, itulah yang membuat penyebutan 'buku bekas' jauh lebih ikonik. Jikalau, ada toko yang memperkenalkan buku lawas, biasanya kata lawas diganti / disambung.

Apa dampak penyebutan kata 'bekas' bagi Penjual?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun