Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Biasa disapa Kaka D! | Hidup pada dunia puisi dan literasi | Etymology Explorers | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan dan kesehatan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Eksistensi Koran Cetak di Tengah Gempuran Media Online dan Esensi Rohnya yang Menolak Mati

28 Agustus 2024   10:17 Diperbarui: 28 Agustus 2024   13:37 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agaknya, kaget ketika mendengar beberapa anak SMP di zaman sekarang mencari koran, ketika ditanya untuk apa, sautnya untuk membuat kliping! Masih sama seperti dahulu kala, mereka mengincar judul, foto, dan isi tertentu, kemudian digunting-gunting hingga ditempel.

Melihat masih ada kegiatan membuat kliping, rasanya seperti bernostalgia ke era 90-2000 an, di mana anak-anak sekolah berbondong-bondong mencari koran yang kemudian diambil bagian judul, foto, dan isi yang pas, tak lain untuk tugas yang diberikan oleh bapak/ibu guru. 

Rasanya semangat betul ketika mendapat tugas ini, seperti mau berjelajah ketika mulai mencarinya, kalau orangtua tidak ada stok koran pasti mencari kerumah-rumah tetangga, dan ketika sudah dapat rasanya fokus sekali hingga senang bisa menggunting lekukan korannya sesuai kreasi kita, kemudian ditempel entah di buku tulis ataupun kertas hvs.

Bagi pembaca fanatik, koran cetak tidak pernah mati, walaupun lebih sering berinteraksi melalui gawai, koran tetap menjadi alternatif untuk menghilangkan penat dari dunia teknologi. Mungkin boleh saja terlihat jadul, tetapi koran cetak membuat pengalaman membaca jadi khidmat, dari mulai fisiknya dengan tekstur yang khas, lipatan halamannya, aroma kertasnya yang juga sangat khas sekali, ditambah dengan kefokusan berita yang tertuang di dalamnya.

Tak dapat dipungkiri juga, ketika koran cetak sudah selesai dibaca, maka terbitlah beragam fungsi yang dimilikinya. Bagi pembaca fanatik, agaknya membuang koran yang telah dibaca dengan begitu saja adalah hal yang mubazir, namun jika disimpan pun lama kelamaan akan menumpuk hingga menjadi sarang kuman, dan pada akhirnya kebanyakan koran cetak kerap dimanfaatkan untuk berbagai hal rumah tangga.

Kalau zaman dulu, tak jarang yang memanfaatkan koran cetak bekas untuk membuat kerajinan tangan, entah memang ditugaskan dari sekolah ataupun sekedar membuatnya saja, seperti dijadikan kotak tisu, tempat pensil, vas bunga, keranjang, pajangan, hingga tas.

Koran cetak, turut menjadi saksi perjalanan bangsa dan zaman, rohnya seakan menolak mati, fisiknya masih suka dicari-cari, sangat mudah dan murah untuk mendapatkannya dengan keaktualan informasi yang tertuang di badannya.

Penulis: Dina Amalia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun