Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Biasa disapa Kaka D! | Hidup pada dunia puisi dan literasi | Etymology Explorers | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan dan kesehatan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

"Buku Latihan Tidur", Antara Jokpin dan Sebuah Katarsis yang Menyentil

23 Agustus 2024   06:48 Diperbarui: 23 Agustus 2024   10:06 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Kompas.Id (JokPin bersama Buku Latihan Tidur)

Setiap kali membaca puisi biasanya sudah bisa ketebak akan ada banyaknya pilihan diksi istimewa yang mewarnai latar puisi.

Namun, entah kenapa menjadi sangat berbeda ketika membaca puisi-puisi karya JokPin yang menyampaikan ribuan pesan dengan bahasa sederhana dan apa adanya, alias menggunakan bahasa sehari-hari selayaknya sedang ngobrol santai.

Itulah perasaan ketika kali pertama membaca karya-karya JokPin; apa adanya, jenaka, seperti sedang diajak ngobrol, namun tidak ketinggalan dengan pesan yang menyentil dan sarat makna.

Dalam dunia puisi dan perpuisian, dapat dikatakan bahwa JokPin memang memiliki gaya khas tersendiri dalam menuliskan karya-karya puisinya. Bersahabat dengan kata, tak lepas dengan makna, seperti puisi-puisi yang ditulisnya melalui 'Buku Latihan Tidur'.

Pria kelahiran kota Sukabumi ini merilis 'Buku Latihan Tidur' pada tahun 2017 silam yang memiliki tebal sebanyak 82 halaman. Buku ini menjadi kumpulan karya puisinya yang kesembilan.

Melihat cover bukunya, sekilas biasa saja, dengan nuansa monokrom berilustrasikan mata terpejam yang dibalut dengan sleep mask atau penutup mata. Namun, otak ini sudah berprasangka 'Pasti isinya tidak biasa! Lewah pikir apa lagi yang bakal dihadirkan dalam isi kepala dan tulisannya?'

Dongeng Puisi Berbumbu Jenaka

Benar saja, ditangan JokPin, 'tidur' disulap menjadi puisi-puisi yang mengandung bahasa indonesia, agama, situasi sosial, politik, dan keberagaman. Beliau memang sangat jeli dalam melihat dan menanggapi setiap peristiwa yang terjadi di lingkungan hingga mengemasnya dalam alunan kata.

Dongeng puisi, kamus kecil, yang, dan latihan tidur menjadi pembuka bagian pertama yang menyorot tentang bahasa, situasi, dan realitas. Seperti soal bahasa Indonesia yang 'menawan' namun juga terkadang suka 'rumit dan membingungkan', tentang penerangan kata dari wujud realitas seperti 'bahwa ibu tak pernah kehilangan iba, untuk menjadi gagah kau harus gigih, orang lebih takut kepada hantu ketimbang tuhan, lidah memang pandai berdalih...'

Selain itu, ada juga pesan 'Yang kau perlukan hanya tidur cukup, pikiran jernih, dan hati pasrah' yang terselipkan seakan menjadi pengingat bahwa 'sesibuk-sibuknya kegiatan yang kita jalani, kita juga perlu istirahat', bahwa 'jika sedang mengharapkan sesuatu hal yang kita impikan, kita juga perlu berserah', bahwa 'setiap mengambil keputusan juga membutuhkan pikiran yang matang'.

Bagian pertama ini tidak lepas dari unsur bahasa Indonesia dengan beribu maknanya, pada bagian ini JokPin seolah menafsirkan antara realitas dan situasi yang ketika dibaca sekilas seperti peribahasa. Semua kata yang ia pilih dan mainkan sangat menampar, ketika membacanya hati kita seraya berkata "bener juga ya", "iya juga ya", "emang bener sih", "bisa pas gini ya", dan yang mengherankan dari peribahasa bertopeng puisi ini sangat disusun rapi, detail, tidak ada makna yang terlewat, sangat memperhatikan hubungan antara sebab dan akibat.

Lagi-lagi, terlepas dari hangatnya makna puisi yang dibawakan JokPin dalam Buku Latihan Tidur ini, ia tidak pernah lupa untuk bergurau, ada saja bagian yang menggelitik, seperti 'cangkemmu adalah surgaku', 'saya nyalakan bulan 12 watt di atas sungai', 'piring yang lapar, gelas yang dahaga', padahal lagi serius-seriusnya membaca, jadi seakan-akan JokPin berkata "Jangan serius-serius amat bacanya" dan semua bagiannya sukses bikin pembaca terbawa emosi!

Antara JokPin, Aku, dan Agama

Selain bahasa dan realitas, JokPin juga menghighligt satu hal dalam buku ini yang kelihatannya biasa saja, namun punya makna tersendiri dan sudah diulang beberapa kali dengan halaman hingga judul puisi yang berbeda, yakni Agama.

Dalam judul buku latihan tidur, kolom agama, pemeluk agama, jalan Tuhan, sebuah cerita untuk Gus Dur, seperti menjadi bagian curahan kegelisahan dari pertanyaan berbau Agama di kehidupan nyata yang kerap menghantui dan kemudian dibungkus dalam perumpamaan yang menggelitik namun juga menyentil.

Diantaranya, seperti:

'Apa agamamu? Agamaku air yang membersihkan pertanyaanmu',

'Apa agamamu? Jawabku kumandang doa yang menggetarkan bunga-bunga saat senja tiba',

'Di kampung itu kau akan diperiksa oleh orang-orang maha benar, ditanya asal-usulmu, apa agamamu, seberapa rutin ibadahmu...',

'Eh, agamamu apa? Tuhan saja tidak pernah bertanya apa agamaku'.

Selalu ada unsur pertanyaan 'Apa?' dan terus berulang mengandung agama, seolah-olah menjadi pertanyaan kewajiban.

Ketika kali pertama membaca bagian-bagian agama ini, rasanya relate dengan kehidupan sehari-hari dan pengalaman yang sama persis dengan puisi-puisi karya JokPin.

Pertanyaan dan jawaban yang menggelitik namun menyentil dari JokPin dalam puisi-puisinya ini menjadi cermin dan saksi perjalanan zaman, di mana agama seseorang kerap kali menjadi pertanyaan, seperti ketika baru mengenal seseorang langsung bertanya-tanya sendiri 'Agamanya apa ya?'.

Bagi sebagian orang, pertanyaan ini kelihatan biasa saja dan bahkan sudah biasa, namun bagi saya sebagai pembaca sekaligus salah satu pemilik pengalaman ini rasanya risih betul. Setiap kali bertemu orang baru atau bahkan orang yang sering kali bertegur sapa, selalu saja ditanyai soal agama karena dinilai dari warna kulit, bentuk mata, identitas agama, dan sejenisnya.

Lagi-lagi, selalu mendapat pertanyaan 'Apa agamamu?', 'Saya kira kamu beragama ini ......', 'Kok, ngga ibadah? inikan hari ......', 'Oh, kalau ke tempat ini mesti pakai ......', 'Seorang perempuan tuh harus pakai ......', 'Kamu kan perempuan beragama ......, kok ngga pakai ......?'.

Pertanyaannya sangat sederhana bukan? Namun, menjadi sebuah intimidasi ketika berada di satu atap yang 100% mayoritas agamanya sama, tetapi masih juga ditanya soal agama?

Sebelum bertemu buku latihan tidur karya JokPin ini, selalu bertanya-tanya 'Ada ngga ya yang merasakan hal serupa, tapi ngga takut untuk bersuara?' dan buku latihan tidur jawabannya!

Puisi-puisi tentang pertanyaan Agama yang dibawakan Jokpin rasanya seperti mewakili isi hati yang sudah lama dipendam. Beliau menulisnya dengan teliti dan halus, namun jika didalami dan dipahami sangat menyentil sekali! Beliau menggunakan perumpaan benda-benda di sekelilingnya, seperti hidangan kue dan kopi, sebuah jalan dan perkampungan, hingga panggilan dari tukang bakso dengan suara khas mangkoknya.

Seperti yang pernah disampaikan olehnya (dalam Republika), "Buku ini menuntut kecermatan" ungkap JokPin, di mana jika tidak didalami dan dipahami dengan baik maka akan terlihat memusingkan.

Politik yang Menggelitik

Lingkungan yang tidak pernah lepas dari politik, lagi-lagi Jokpin juga menyuarakannya melalui puisi dengan gayanya yang jenaka namun terasa amat menyentil.

'Menang umuk, kalah amuk', 'Desember dingin dan basah. Negara lelah', 'Terima kasih telah memilihku', 'Semua kursi sudah terisi, semua jatah sudah dibagi', 'Dikit-dikit marah dan ngambek, dikit-dikit senggol bacok', 'Apa maunya? Maunya apa?'.

Agaknya, terlihat halus dan jenaka namun keras terdengar. Membawakannya dengan amat santai, namun sangat mudah dipahami oleh pembaca. Memang, awal membaca bagian-bagian ini sekilas seperti teka-teki, namun lagi-lagi selalu dijembatani dengan bahasa sehari-hari yang membuat pembaca jadi mudah menebaknya.

Buku ini memang diterbitkan pada 2017, namun JokPin sudah lebih dahulu menuliskan isu-isu politik yang selalu membara ini sejak periode/tahun 2014-2016. Sampai saat ini masih membacanya, tanggapan pembaca pun masih sama 'Kok masih relate ya?', 'Sudah lewat beberapa tahun, isu ini masih sama juga!'.

Menyoal bahasa indonesia, agama, situasi sosial, politik, hingga keberagaman, JokPin suarakan pada buku ini, seakan melepas semua keluh dan kesahnya yang sudah lama hinggap. Semua beliau sampaikan dengan ciri khas yang melekat pada setiap karyanya, yakni sindiran-sindiran halus berbaju gurauan.

Buku latihan tidur, hingga kini menjadi saksi dari perjalanan zaman yang menyegarkan beribu makna melalui sebuah kata. Tidak terlewat, selalu terselip pandangan kritis yang dibawakan dengan romantis.

Penulis: Dina Amalia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun