Lagi-lagi, terlepas dari hangatnya makna puisi yang dibawakan JokPin dalam Buku Latihan Tidur ini, ia tidak pernah lupa untuk bergurau, ada saja bagian yang menggelitik, seperti 'cangkemmu adalah surgaku', 'saya nyalakan bulan 12 watt di atas sungai', 'piring yang lapar, gelas yang dahaga', padahal lagi serius-seriusnya membaca, jadi seakan-akan JokPin berkata "Jangan serius-serius amat bacanya" dan semua bagiannya sukses bikin pembaca terbawa emosi!
Antara JokPin, Aku, dan Agama
Selain bahasa dan realitas, JokPin juga menghighligt satu hal dalam buku ini yang kelihatannya biasa saja, namun punya makna tersendiri dan sudah diulang beberapa kali dengan halaman hingga judul puisi yang berbeda, yakni Agama.
Dalam judul buku latihan tidur, kolom agama, pemeluk agama, jalan Tuhan, sebuah cerita untuk Gus Dur, seperti menjadi bagian curahan kegelisahan dari pertanyaan berbau Agama di kehidupan nyata yang kerap menghantui dan kemudian dibungkus dalam perumpamaan yang menggelitik namun juga menyentil.
Diantaranya, seperti:
'Apa agamamu? Agamaku air yang membersihkan pertanyaanmu',
'Apa agamamu? Jawabku kumandang doa yang menggetarkan bunga-bunga saat senja tiba',
'Di kampung itu kau akan diperiksa oleh orang-orang maha benar, ditanya asal-usulmu, apa agamamu, seberapa rutin ibadahmu...',
'Eh, agamamu apa? Tuhan saja tidak pernah bertanya apa agamaku'.
Selalu ada unsur pertanyaan 'Apa?' dan terus berulang mengandung agama, seolah-olah menjadi pertanyaan kewajiban.
Ketika kali pertama membaca bagian-bagian agama ini, rasanya relate dengan kehidupan sehari-hari dan pengalaman yang sama persis dengan puisi-puisi karya JokPin.
Pertanyaan dan jawaban yang menggelitik namun menyentil dari JokPin dalam puisi-puisinya ini menjadi cermin dan saksi perjalanan zaman, di mana agama seseorang kerap kali menjadi pertanyaan, seperti ketika baru mengenal seseorang langsung bertanya-tanya sendiri 'Agamanya apa ya?'.