Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Biasa disapa Kaka D! | Hidup pada dunia puisi dan literasi | Etymology Explorers | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan dan kesehatan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

"Buku Latihan Tidur", Antara Jokpin dan Sebuah Katarsis yang Menyentil

23 Agustus 2024   06:48 Diperbarui: 23 Agustus 2024   10:06 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi sebagian orang, pertanyaan ini kelihatan biasa saja dan bahkan sudah biasa, namun bagi saya sebagai pembaca sekaligus salah satu pemilik pengalaman ini rasanya risih betul. Setiap kali bertemu orang baru atau bahkan orang yang sering kali bertegur sapa, selalu saja ditanyai soal agama karena dinilai dari warna kulit, bentuk mata, identitas agama, dan sejenisnya.

Lagi-lagi, selalu mendapat pertanyaan 'Apa agamamu?', 'Saya kira kamu beragama ini ......', 'Kok, ngga ibadah? inikan hari ......', 'Oh, kalau ke tempat ini mesti pakai ......', 'Seorang perempuan tuh harus pakai ......', 'Kamu kan perempuan beragama ......, kok ngga pakai ......?'.

Pertanyaannya sangat sederhana bukan? Namun, menjadi sebuah intimidasi ketika berada di satu atap yang 100% mayoritas agamanya sama, tetapi masih juga ditanya soal agama?

Sebelum bertemu buku latihan tidur karya JokPin ini, selalu bertanya-tanya 'Ada ngga ya yang merasakan hal serupa, tapi ngga takut untuk bersuara?' dan buku latihan tidur jawabannya!

Puisi-puisi tentang pertanyaan Agama yang dibawakan Jokpin rasanya seperti mewakili isi hati yang sudah lama dipendam. Beliau menulisnya dengan teliti dan halus, namun jika didalami dan dipahami sangat menyentil sekali! Beliau menggunakan perumpaan benda-benda di sekelilingnya, seperti hidangan kue dan kopi, sebuah jalan dan perkampungan, hingga panggilan dari tukang bakso dengan suara khas mangkoknya.

Seperti yang pernah disampaikan olehnya (dalam Republika), "Buku ini menuntut kecermatan" ungkap JokPin, di mana jika tidak didalami dan dipahami dengan baik maka akan terlihat memusingkan.

Politik yang Menggelitik

Lingkungan yang tidak pernah lepas dari politik, lagi-lagi Jokpin juga menyuarakannya melalui puisi dengan gayanya yang jenaka namun terasa amat menyentil.

'Menang umuk, kalah amuk', 'Desember dingin dan basah. Negara lelah', 'Terima kasih telah memilihku', 'Semua kursi sudah terisi, semua jatah sudah dibagi', 'Dikit-dikit marah dan ngambek, dikit-dikit senggol bacok', 'Apa maunya? Maunya apa?'.

Agaknya, terlihat halus dan jenaka namun keras terdengar. Membawakannya dengan amat santai, namun sangat mudah dipahami oleh pembaca. Memang, awal membaca bagian-bagian ini sekilas seperti teka-teki, namun lagi-lagi selalu dijembatani dengan bahasa sehari-hari yang membuat pembaca jadi mudah menebaknya.

Buku ini memang diterbitkan pada 2017, namun JokPin sudah lebih dahulu menuliskan isu-isu politik yang selalu membara ini sejak periode/tahun 2014-2016. Sampai saat ini masih membacanya, tanggapan pembaca pun masih sama 'Kok masih relate ya?', 'Sudah lewat beberapa tahun, isu ini masih sama juga!'.

Menyoal bahasa indonesia, agama, situasi sosial, politik, hingga keberagaman, JokPin suarakan pada buku ini, seakan melepas semua keluh dan kesahnya yang sudah lama hinggap. Semua beliau sampaikan dengan ciri khas yang melekat pada setiap karyanya, yakni sindiran-sindiran halus berbaju gurauan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun