Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Biasa disapa Kaka D! | Hidup pada dunia puisi dan literasi | Etymology Explorers | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan dan kesehatan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Romantisme Buku Lawas

3 Agustus 2024   08:19 Diperbarui: 3 Agustus 2024   22:57 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Unsplash/Donatella D'Anniballe (Ilustrasi Buku Lawas)

Selain itu, sebagian besar isi buku lawas kerap menyelipkan foto-foto di masa lampau tak lupa dengan keterangan momen dan waktunya, jadi saat melihat dan membacanya seperti ikut terbawa dan menikmati momen yang dibagikan pada buku tersebut.

Garap Menjadi Tukang Buku Lawas 

Tetap kembali pada niat awal, kenal dan memiliki buku lawas utamanya adalah untuk dijual kembali.

Awalnya, banyak keraguan dan bertanya-tanya "Apa buku jadul seperti ini laku?", "Buku usang memangnya ada yang mau?". Ragu, tapi tetap saya coba! dan mengherankan ketika pertanyaan dan keraguan itu bisa terjawab sempurna seiring berjalannya waktu.

Diantaranya terjawab ketika berinteraksi dengan customer yang begitu excited ketemu buku lawas, salah satunya Kak Petrus yang mengungkapkan melalui ulasan "Senang karna dapat buku ini lagi, tahun 84 sudah punya tapi lupa dipinjam siapa makanya cari lagi dan dapat".

Kemudian, diungkap lagi oleh Kak Putri yang mencari buku kedokteran langka "Meski buku lama tapi sangat bermanfaat buat saya. Buku ini saya cari kemana-mana tapi tidak ketemu, dapetnya di toko Kakak" ujarnya melalui pesan.

Ketika berinteraksi dengan para pemburu buku lawas, masih suka kaget dan sedikit tercengang, karena ketika menjual buku yang kondisinya sudah kecokelatan, baunya khas masa lampau, kok masih ada yang mau bahkan semangat untuk membelinya tanpa menawar. Tak sedikit dari mereka yang membeberkan, bahwa buku lawas memang dicari karena nilai historisnya, ketika bisa membelinya merasa seperti ikut membeli sejarah dari buku itu sendiri, dan yang paling utama diperhatikan adalah 'masih kokoh' fisik bukunya.

Baik pengoleksi, penggemar, atau bahkan pencari buku yang hilang, buku lawas sangat berharga sekali, selain mempunyai nilai historis yang tinggi juga menjadi salah satu kekayaan budaya bangsa. Jadi, siapapun itu pasti akan memburunya, entah secara online ataupun secara langsung.

Semula, juga tidak pernah kepikiran sedikit pun untuk bisa menikmati buku yang sudah berdebu, usang, dan kekuningan. Tetapi, ketika mencoba buka, perlahan membaca, perlahan memahami ragam kondisi fisiknya, justru yang 'lawas' itu malah mengajarkan banyak hal, dari mulai sejarah yang mungkin sudah terkubur lama, cerita dan pemikiran tokoh yang menjadi saksi perjalanan bangsa, hingga pengetahuan baru dari masa lalu.

Tak pernah terlewat, romantisme buku lawas itu kian menemani hari-hari berjualan, karena melalui online jadi bisa nyambi untuk tetap menikmati harumnya sejarah dari buku-buku lawas, dari mulai cerita, potret, hingga catatan tangan asli tokoh.

Yang Lawas itu... Tetap Berkelas

Sering kali dipandang sebelah mata, bahwa yang bekas dan lawas itu tidak ada harganya, dinilai sudah tidak layak karena usang, berdebu, dan kertasnya mulai berubah kekuningan.

Padahal, tidak semua semua buku lawas seperti itu. Kok bisa? Karena kualitas buku yang terbit zaman dulu alias tahun 90-an bisa dikatakan jauh lebih kokoh, dari mulai pemilihan kertasnya, covernya, perekatnya, bahkan hingga cetakan tulisannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun