Buku merupakan jelmaan alat rekam jejak paling otentik yang merekam perjalanan bangsa melalui gagasan dan pemikiran para tokohnya. Buku menjadi jembatan generasi muda saat ini untuk menjelajahi masa lampau dengan beragam keteladan dan pelajaran yang masih selaras/relevan untuk diterapkan di masa kini.
Ingat betul, romantisme masa-masa akhir SMA yang sedang semangat-semangatnya mencari perguruan tinggi untuk melanjutkan pendidikan sekaligus mencari pekerjaan. Ketika sejenak berleha-leha sambil cari berbagai informasi kuliah, Ibu memperkenalkan buku-buku lawas melalui Pakde.
Awalnya, jujur saja saya kurang antusias ketika mendengar kata 'lawas' dan bepikiran "ah, hanya buku jadul saja". Namun, ketika mulai membuka beberapa buku, 'lawas' itu berisikan tokoh-tokoh penting yang lengkap dengan argumennya, pemikirinnya, tulisan dan tanda tangan aslinya, hingga perjalanan karirnya. Dari mulai karya Bung Karno, Eyang Habibie, Soeharto, Buya Hamka, Mohamad Isa, Barack Obama, Hariyatie, dan tokoh-tokoh besar lainnya.
Bagi para penggemar tokoh tertentu, kolektor, hingga pencinta buku, tentu buku-buku lawas ini akan menjadi rebutan. Lebih dari 3.000 buku, komik, majalah, novel yang notabenenya langka tersedia. Kemudian, Ibu menarik saya untuk menjadi Bouquiniste alias penjual buku langka yang dominannya sudah pasti buku bekas.
Setelah mengiyakan, barulah mulai menjelajah buku-buku lawas. Terbitan mulai tahun 1930-an, 1947 -- 1990-an, hingga ada juga terbitan baru alias sudah masuk tahun 2000-an. Isinya benar-benar sarat sejarah, seperti tentang meniti garis hidup, kisah menapaki dunia ketentaraan, pelantikan gubernur masa 1948-an, selingan film lawas, tentang otomotif dari uji coba hingga modifikasi, beternak dan budidaya masa 90-an, peperangan, pemilu dan politik, arsip tentang kehidupan di awal kemerdekaan, hingga menikmati ragam iklan masa 90-an melalui majalah lawas.
Romantisme membaca sejarah dari buku-buku lawas itulah yang membuat wawasan terus bertambah luas, rasanya seperti ikut hidup di masa lampau, menyatu terbawa suasana, dan decak kagum dalam hati terus menyeru.
Harta Karun Bersejarah
Bagaikan harta karun ketika bisa mengenal gagasan/pemikiran tokoh-tokoh bangsa dari buku lawas, seperti deretan buku Buya Hamka -- Pribadi dan Martabat (1983), Hariyatie -- Soekarno The Hidden Story (1963-1967), Madame Curie (1974-1982), Sarinah oleh Ir. Sukarno (1963), karya A.Soeroto (1975-1980), Indonesian Golfer (1994), karya Bismar Siregar (1999), tentang A.E. Kaliwarang (1988), Petunjuk Jalan dan Keterangan Bekas Kerajaan (1956), Johannes Leimena Mutiara dari Maluku (2006).
Romantisme buku lawas suka memberikan hadiah tak terduga didalamnya, seperti catatan masa lalu yang ditulis langsung oleh tokohnya menggunakan pulpen, tanda tangan basah tokoh, hingga selipan foto dan surat menggunakan amplop.