Supaya tidak lapar mata atau kalap semua buku bagus ingin dibeli. Sebaiknya merencanakan dengan matang terlebih dahulu, buku apa saja yang benar-benar dibutuhkan dan pasti dibaca.
Kita bisa dengan mudah mencari berbagai referensi per genre buku melalui internet, seperti dari official penerbitnya atau marketplace, kemudian perhatikan secara detail tentang buku tersebut dari mulai blurb, sinopsis, daftar isi, hingga ulasan para pembacanya.
Sama seperti penargetan dana, lebih baik direncanakan supaya tidak kebablasan.
5. Jika terlanjur menumpuk, bisa dijual atau disumbangkan
Jika, buku-buku yang kamu beli sudah terlalu penuh/menumpuk dan mungkin membuat kamu tidak berniat untuk membacanya kembali, bisa sekali untuk disumbangkan supaya bisa terus bermanfaat untuk orang banyak, seperti ke taman baca, perpustakaan, hingga lapak.
Namun, jika kamu tidak berkenan untuk disumbangkan, bisa juga untuk dijual kembali, seperti melalui online yakni marketplace, ataupun dijual secara langsung/offline ke lapak.
Itulah tsundoku, sebuah istilah yang menggambarkan kebiasaan seseorang dalam membeli buku tapi tidak pernah dibaca. Memang, Tidak ada yang salah jika ingin membeli buku, asalkan benar-benar dibaca, supaya tidak mubazir dan sia-sia.
Semoga bermanfaat dan menambah wawasan dalam mengenal luasnya dunia buku ya. Sehat-sehat selalu yaa untuk kamu yang lagi membaca artikel ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H