Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Biasa disapa Kaka D! | Hidup pada dunia puisi dan literasi | Etymology Explorers | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan dan kesehatan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

"Tsundoku": Kebiasaan Beli Banyak Buku, tapi Tak Pernah Dibaca

25 Juli 2024   06:53 Diperbarui: 25 Juli 2024   13:34 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Pixabay / MorningbirdPhoto (Ilustrasi Memegang Tumpukan Buku)

Selain dari tampilan buku, Blurb juga menjadi deskripsi atau cuitan singkat promosional yang sangat menarik. Ketika membacanya sering kali timbul rasa 'sepertinya buku ini bagus', bahkan jika membaca blurb dari beberapa buku sampai bingung mau beli yang mana karena dirasa semuanya bagus, dan pada akhirnya akan dibeli semua. Padahal, belum tentu ada niat untuk lanjut membacanya.

3. Iklan dan Harga Murah

Berbeda dari iklan pada umumnya, iklan buku terkadang lebih spesifik mengajak para pencinta buku untuk langsung ke tahap pembelian, dimana biasanya langsung tersedia ajakan untuk membeli dalam jumlah bundel atau hanya sekedar terdapat bonus.

Sebagai contoh, si pengiklan menyampaikan informasi bukunya dalam bentuk sinopsis yang diolah ke dalam sebuah video, dan diakhir video hingga deskripsinya akan tertera paket bundel buku yang dijualnya, misal 5 buku (seri buku yang berurutan) diobral dengan harga 70.000.

Hal tersebut, kerap kali membuat si pembaca merasa tertarik untuk membelinya, karena berpikiran 'dengan harga murah yang diberikan sudah bisa mendapatkan beberapa buku sekaligus'.

Memang murah dan praktis, namun membuat terkecoh akan kegunaan buku yang dibelinya, karena hanya tergiur, bukan butuh. Alhasil, belum tentu akan digunakan dengan sebenar-benarnya, bahkan hanya akan tertumpuk begitu saja.

4. Mengejar Validasi

Mewarta dari Good News From Indonesia, satu diantara penyebab utama munculnya kebiasaan menumpuk buku, yakni ingin mengejar validasi. Di mana ada hasrat membeli banyak buku hanya untuk ditumpuk saja, beralasan sekedar merasakan sensasi memiliki buku banyak dan mendapatkan sebuah validasi sebagai individu yang pintar.

Bahaya Tsundoku

1. Bahaya untuk Kantong

Dalam kebiasaan ini memang tidak ada bahaya yang timbul secara medis, melainkan secara kantong alias keuangan.

Memang benar, harga buku sangatlah beragam dan mahal-murahnya juga bisa ditentukan oleh kondisi buku. Namun, apabila membelinya secara berlebihan dengan waktu yang cukup sering atau berkala, maka sama saja menjebak diri sendiri ke dalam perilaku yang konsumtif.

Alhasil, selain menyia-nyiakan barang yang berguna, juga menghabiskan keuangan dengan percuma.

2. Menjadi Sarang Kuman

Lain halnya dengan kolektor buku yang sudah menyiapkan tempat khusus untuk menyimpan dan merapikan buku yang telah dibaca.

Bagi orang yang memiliki kebiasaan ini, biasanya tidak memikirkan tempat atau prepare terlebih dahulu, karena ketika membelinya saja tidak pikir panjang, pada akhirnya akan mengarah pada tempat yang seadanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun