Mohon tunggu...
DiMei
DiMei Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang murid di sekolah kehidupan

Seorang manusia dan murid yang biasa-biasa saja. Ingin berbagi cerita kepada semua yang mau sama-sama belajar tentang apa saja. Berharap tulisan saya dapat menjadi sebuah titik kecil di dunia yang kadangkala terlalu sibuk untuk sekadar berhenti sejenak.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mata yang Lain

16 April 2024   06:00 Diperbarui: 16 April 2024   06:07 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah berita dari sebuah Youtube channel ini begitu menarik perhatian penulis:

Diceritakan seorang anak berusia kurang lebih 4 tahun telah menghilang dari rumahnya.
Rumah bocah ini terletak di daerah yang cukup remote sehingga masih dikelilingi oleh hutan-hutan kecil.
Bocah ini telah menghilang selama 3 hari lamanya. Orang tua si bocah sudah pontang-panting mencari dan melapor kepada pihak berwajib.

Setelah pencarian yang sulit selama 3 hari, orang tua si bocah mulai kehilangan harapan.
Di hari ke-4, akhirnya ditemukanlah bocah ini.
Dan tebak apa yang sedang dia lakukan.
Dia sedang santai mengumpulkan air dengan cerukan tangannya untuk dia minum.
Dia baik-baik saja, dan di foto, wajahnya datar saja ketika tim SAR berhasil menemukannya.
"Ya, ada apa?" seolah pertanyaan ini yang ada di wajah si bocah.

Penulis tidak membayangkan apabila dirinya, his younger self yang berusia 4 tahun, masuk dan hilang di hutan selama 3 harl. Mungkin saya tidak akan bertahan selama itu; besar kemungkinan saya sudah kehilangan kesadaran sejak 1 jam pertama karena lelah menangis dan ketakutan.
Entah apa yang akan saya lakukan. Saya yang sudah remaja saja pasti ketakutan tiada tara apabila harus bermalam di hutan sendirian tanpa perlengkapan yang memadai.
Membayangkan ada mbak-mbak yang menyapa dari belakang saya, tetapi eh sewaktu ditoleh tidak ada siapa-siapa.
Ih, ngeri sekali!!

Si bocah hilang ini ternyata adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan spectrum autisme. Maka dia 'suka' bereksplorasi dan asyik-asyik saja sendirian di dalam hutan selama berhari-hari, tanpa rasa takut. Penulis sempat membaca bahwa anak-anak dengan spectrum autisme memang seringkali hidup di dalam dunianya sendiri, dan menikmatinya.

Bagi penulis, ini bukan hanya sebuah berita, tetapi cerita yang cukup membuka mata.

***
Andaikan saya meletakkan sebuah Nokia jadul di atas meja.
Si A dapat mengatakan, "Ini adalah sebuah telepon genggam lama."
Lain lagi, si C dengan soknya berkata, "Ini sampah."
Tetapi si B berkata, "Bukan, ini adalah manifestasi kerja keras saya. Ini barang mewah pertama yang saya beli dengan gaji saya sendiri."

Inilah mengapa penulis merasa penting untuk menjalin pertemanan dengan rekan-rekan dari background yang berbeda-beda.

Si Jeni yang pendiam. Dia tidak mungkin terseret di dalam drama pertengkaran perempuan-perempuan biang gossip di kelas yang akhirnya dipanggil guru BP.
Lebih baik, saya menanggapi gossip receh yang beredar dari mata si Jeni. Diam. Tidak responsif.

Si Boru yang sangat macho. Dia tidak takut apapun selain teriakan ibunya.
Lebih baik saya menunggu hasil nilai Ujian Sekolah dengan meminjam keberanian dia. Gagah, tanpa ragu dan takut. Yakin.

Si Justin, si anak orang kaya. Dia tidak pernah kesusahan mencari teman wanita.
Wah cocok, saya ingin meminjam mata dia untuk menjadi lebih percaya diri di depan Cynthia.

Ini hanyalah bercanda an saja. Haha..

Namun, sungguh mata-mata yang lain ini memberikan sudut pandang yang berbeda-beda.
Penulis merenung, berapa kali kita memandang masalah dengan begitu seriusnya dan mengulitinya di dalam kepala, seolah-oleh kita adalah orang yang paling menderita di dunia. Padahal semesta begitu mengasihi kita dengan berkat yang berkelimpahan setiap detiknya.
Dan bagi orang lain, hal itu (hilang di hutan belantara misalnya) mungkin sama sekali bukan masalah, tetapi sebuah pengalaman yang justru dapat asyik dinikmati.
Atau sebaliknya.
Berapa kali kita memandang pencapaian kita dengan begitu sombongnya, seolah-oleh kita adalah yang terhebat di dunia. Padahal dilihat dari atas pohon rambutan saja, orang sudah kesusahan mengenali siapa kita.

Seperti sebuah Nokia yang bukan hanya sebuah Nokia apabila dilihat oleh sepasang mata yang berbeda, untuk menyikapi segala situasi dengan bijaksana, terkadang yang kita butuhkan adalah meminjam mata-mata dari beberapa orang lain.
Dan dari cara pandang yang bermacam-macam inilah, dapat ditemukan, mungkin bukan sebuah kebenaran, tetapi sudut pandang yang memperkaya.

***

Kalau kata si Jeni, saya adalah teman lelaki dia yang paling ganteng dan punya sahaja, ciye..

Tetapi bagi Tiwi, si setan kecil penghuni kamar sebelah, saya tidak lebih ganteng dari Oreo, anjing tetangga.

Oh, Cynthia yang ayu.. I wonder what you see when you look at me. 

Baiklah, Jeni. Sudah saya putuskan bahwa saya akan melihat diri saya dari matamu yang sendu saja ya, aman, haha..

Semoga bermanfaat. Please have a good day.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun