Si Justin, si anak orang kaya. Dia tidak pernah kesusahan mencari teman wanita.
Wah cocok, saya ingin meminjam mata dia untuk menjadi lebih percaya diri di depan Cynthia.
Ini hanyalah bercanda an saja. Haha..
Namun, sungguh mata-mata yang lain ini memberikan sudut pandang yang berbeda-beda.
Penulis merenung, berapa kali kita memandang masalah dengan begitu seriusnya dan mengulitinya di dalam kepala, seolah-oleh kita adalah orang yang paling menderita di dunia. Padahal semesta begitu mengasihi kita dengan berkat yang berkelimpahan setiap detiknya.
Dan bagi orang lain, hal itu (hilang di hutan belantara misalnya) mungkin sama sekali bukan masalah, tetapi sebuah pengalaman yang justru dapat asyik dinikmati.
Atau sebaliknya.
Berapa kali kita memandang pencapaian kita dengan begitu sombongnya, seolah-oleh kita adalah yang terhebat di dunia. Padahal dilihat dari atas pohon rambutan saja, orang sudah kesusahan mengenali siapa kita.
Seperti sebuah Nokia yang bukan hanya sebuah Nokia apabila dilihat oleh sepasang mata yang berbeda, untuk menyikapi segala situasi dengan bijaksana, terkadang yang kita butuhkan adalah meminjam mata-mata dari beberapa orang lain.
Dan dari cara pandang yang bermacam-macam inilah, dapat ditemukan, mungkin bukan sebuah kebenaran, tetapi sudut pandang yang memperkaya.
***
Kalau kata si Jeni, saya adalah teman lelaki dia yang paling ganteng dan punya sahaja, ciye..
Tetapi bagi Tiwi, si setan kecil penghuni kamar sebelah, saya tidak lebih ganteng dari Oreo, anjing tetangga.
Oh, Cynthia yang ayu.. I wonder what you see when you look at me.Â
Baiklah, Jeni. Sudah saya putuskan bahwa saya akan melihat diri saya dari matamu yang sendu saja ya, aman, haha..
Semoga bermanfaat. Please have a good day.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H