Mohon tunggu...
M Andimaz Kahfi
M Andimaz Kahfi Mohon Tunggu... Penulis - JOURNALIST

MENYUARAKAN KEHIDUPAN

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Arial 'Murka' Tembak Winda, Gegara Diejek Ikan Mas

26 September 2024   14:48 Diperbarui: 26 September 2024   14:54 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SORE ITU di atas septic tank tetangga yang berada di halaman rumah, Winda duduk sambil bermain dengan tiga teman perempuan. Tawa cekikikan Winda terdengar hingga ke segala penjuru Gang Sambas tempat mereka tinggal.

Di kampung ada sosok anak laki-laki yang dikenal sebagai preman kampung, namanya Arial berusia 10 tahun dan duduk di kelas 5 SD. Ia anak bungsu dari tiga bersaudara. Dua kakaknya bernama Aci dan Ica. Kenapa Arial dibilang preman kampung, lantaran ia adalah bos dari segala anak-anak di kampung. Tak heran tindak-tanduknya membuat anak-anak di usia sebayanya takut.

Anak laki-laki dengan rambut belah tengah ini, suka mencari ribut dengan anak-anak yang usianya jauh di atasnya. Beberapa pertengkaran berujung adu jotos, sering dimenangkan Arial. Sisanya ia kalah, karena lawan bermain curang.

Arial sering diejek dengan sebutan ikan mas. Entah dari mana kalimat itu awalnya keluar. Tapi yang jelas, Arial sangat kesal saat ejekan itu dilontarkan kepadanya. Cepat-cepat ia biasanya mengejar orang yang mengejeknya. 

Herannya, ejekan ikan mas sering diucapkan oleh anak-anak perempuan sebayanya. Entah karena ada rasa suka atau ingin mencari perhatian. Sedangkan anak laki-laki tak ada yang berani mengejeknya. Mereka malah cenderung mengelu-elukan namanya dengan panggilan 'BOS', sebuah kalimat yang membuat Arial merasa seperti raja.

Kebetulan, beberapa hari lalu Arial dibelikan tembak-tembakan mainan dengan peluru plastik bulat kecil yang bisa diisi hingga 10 biji ke dalam magazine AR dalam sekali bermain. Tentu Arial sangat senang dengan mainan baru yang dibelikan ayahnya tersebut. Ia pun berlagak seperti mafia saat keluar rumah dan bertemu dengan teman-teman sebayanya.

Arial bahkan mendemonstrasikan senjata mainan berbentuk glock 17 itu kepada teman-temannya.

"Kalian lihat ini senjata baruku, bisa aku tembak kalian satu-persatu kalau ada yang enggak sor samaku," ancam Arial.

Ancaman Arial itu, sontak membuat teman-temannya takut dan tak berani berkutik dengan sang BOS.

Tapi, sore itu sepertinya menjadi hari yang begitu sial untuk Winda. Setelah tiga temannya pulang, ia pun bingung siapa lagi yang bisa diajak bermain untuk sekedar bercanda walaupun dengan cara mengejek. 

Winda sebenarnya dikenal sebagai sosok anak perempuan yang suka mengejek di kampung itu. Tak jarang, beberapa anak yang tak tahan oleh ejekannya menangis sejadi-jadinya dan pulang dengan keadaan ingus masih berseliweran di pipi. Beberapa anak juga suka mengadukan Winda ke orang, karena tak sanggup melawan ejekannya.

Melihat Arial keluar rumah dengan wajah murung, Winda mendekatinya. Dalam hitungan detik, Winda langsung mengeluarkan kata-kata ejekan yang membuat Arial marah besar.

"Woi ikan mas, ikan mas, gak usah banyak gaya kau," teriak Winda sambil tertawa ngakak.

Winda mengira Arial akan seperti biasa tidak menggubris dan diam saja. Tapi ternyata prediksi Winda salah besar. Dengan gerakan cepat, Arial tiba-tiba mengeluarkan sebuah senjata yang ia simpan dari tengah celananya, yang seperti dilakukan mafia-mafia Hollywood.

Senjata glock 17 berwarna silver, seketika terlihat begitu mengkilat dan siap mengeluarkan peluru dahsyatnya menghujam sang korban.

Melihat Arial mengeluarkan senjata mainan, Winda bukannya takut ditembak, ia malah menantang Arial untuk menembak dirinya.

"Tembak lah kalau berani," tantang Winda.

Tak terima diejek oleh seorang teman perempuan yang terkenal suka mengejek, Arial langsung mengokang senjatanya dengan peluru berwarna kuning yang sudah terisi di dalamnya.

"Kau nantang aku, ini rasakan senjata yang baru aku beli," teriak Arial.

Dalam hitungan detik, peluru senjata mainan berbentuk glock 17 milik Arial langsung mengenai perut Winda.

Winda langsung berteriak kesakitan sambil memegangi perutnya.

"Aaaaaarrrrrrggggggg, sakit kali mamak," teriak Winda sambil menangis.

Wanita berambut keriwil itu, langsung seperti orang lumpuh dan hanya bisa terduduk sambil memegangi perutnya yang sakit. 

Arial yang terkejut melihat ekspresi Winda yang kesakitan langsung melarikan diri. Tapi sebelum pergi, ia sempat mengejek Winda.

"Mampus kau, makanya jangan suka mengejek orang, inilah akibatnya, aku tembak perutmu, sakit kan," teriak Arial sambil tertawa angkuh.

Arial tahu, aksi main hakim sendiri yang ia lakukan akan berdampak ke orang tuanya atau bisa saja ia dilabrak orang tua Winda.

Prediksi Arial itu ternyata tepat, mirip prediksi Joyoboyo ratusan tahun silam. Apa yang ia takutkan akhirnya terjadi. Keesokan pagi, saat pergi sekolah, Arial seperti biasa melewati rumah Winda dan teriakan ibu Winda yang sedang menyuci baju di halaman rumah mengejutkan Arial si anak bengal.

"Woi Arial kurang ajar kau ya, berani-beraninya menembak perut anakku," teriak ibu Winda sambil memakai sarung dan songkok.

Arial lalu berlari cepat dan menggubris ocehan mamak-mamak tua yang sedang memperjuangkan nasib anaknya yang ditembak.

Dalam hati, Arial hanya tertawa mengetahui si Winda sudah mengadukan perbuatan aksi main hakim sendirinya ke mamaknya yang juga suka cari masalah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun