bertabur, tapi tak berarti.
Kamu adalah pohon rindang,
daunmu teduh bagi segala lelah,
aku hanya bayang-bayang kelam,
yang bergulir di antara puing-puing waktu.
Apakah keadilan adalah ilusi?
Ketika aku menjadi lemah,
dan kamu menari di atas mimpi,
menganyam asa dari benang emas.
Aku ingin memanggilmu,
tapi lidahku kelu dililit cemburu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!