Pasca Pilkada, Anies dan Ahok menjadi simbol dari dua kutub politik yang terpecah, di mana perbedaan etnis dan agama dijadikan alat untuk mengeksploitasi ketakutan dan prasangka. Ini bukan hanya memengaruhi dinamika politik di Jakarta, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang terhadap politik nasional, di mana isu-isu SARA terus digunakan sebagai senjata dalam berbagai kontestasi politik.
**Peluang Anies dan Ahok Bersatu pada Pemilu 2029: Mungkinkah Terjadi?**
Sejak Pilkada DKI Jakarta 2017, Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) telah menjadi dua tokoh yang sering kali ditempatkan pada spektrum politik yang berbeda. Anies yang memenangkan Pilkada tersebut, didukung oleh koalisi partai-partai yang mengedepankan isu-isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), sementara Ahok, yang kalah dan dipenjara karena kasus penistaan agama, dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap intoleransi. Berangkat dari keduanya yang saat ini berada dalam barisan yang sama yaitu bersebrangan dengan Pemerintahan Jokowi Sebelum Dan Sesudah Pemilu 2024. Namun, dalam dinamika politik yang terus berubah, pertanyaan yang menarik adalah: apakah mungkin Anies dan Ahok bersatu pada Pemilu 2029?
### Memahami Perbedaan Latar Belakang dan Basis Dukungan
Sebelum menjawab pertanyaan ini, penting untuk memahami perbedaan mendasar antara Anies dan Ahok, baik dari segi latar belakang maupun basis dukungan mereka. Anies Baswedan adalah seorang intelektual dan mantan Menteri Pendidikan yang dikenal karena pandangan-pandangan moderatnya sebelum Pilkada 2017. Namun, dukungannya dalam Pilkada tersebut banyak datang dari kelompok-kelompok yang menggunakan isu agama sebagai senjata politik, yang kemudian membentuk persepsi bahwa Anies mewakili kepentingan konservatif.
Di sisi lain, Ahok yang terkenal dengan kebijakannya yang tegas dan sering kali kontroversial. Basis dukungan Ahok datang dari kelompok-kelompok yang lebih progresif dan urban, yang mendukung kebijakannya yang berani namun seringkali keras. Meskipun kalah dalam Pilkada 2017, Ahok tetap memiliki pengaruh politik, terutama di kalangan pendukung pluralisme dan anti-intoleransi.
### Tantangan yang Harus Dihadapi
Untuk Anies dan Ahok bersatu dalam satu koalisi pada Pemilu 2029, ada beberapa tantangan besar yang harus diatasi:
1. **Perbedaan Ideologis**: Basis dukungan Anies dan Ahok cenderung berlawanan, dengan Anies yang kini dianggap dekat dengan kelompok konservatif, dan Ahok yang identik dengan kalangan progresif. Menyatukan dua basis dukungan ini memerlukan kompromi ideologis yang mungkin sulit dicapai.
2. **Luka Politik Masa Lalu**: Pilkada 2017 meninggalkan luka politik yang mendalam, terutama bagi pendukung Ahok yang merasa bahwa kekalahan dan pemenjaraannya adalah hasil dari kampanye hitam berbasis SARA. Sementara itu, Anies, meskipun sering mencoba menampilkan citra inklusif, tetap dikaitkan dengan strategi politik yang memanfaatkan isu agama.
3. **Pola Komunikasi Politik yang Berbeda**: Anies dan Ahok memiliki gaya komunikasi politik yang sangat berbeda. Anies cenderung diplomatis dan berbicara dalam kerangka intelektual, sementara Ahok lebih lugas dan langsung dalam menyampaikan pandangannya. Perbedaan ini bisa menjadi hambatan dalam menciptakan keselarasan politik yang efektif.