Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Awas Duck Syndrome! Ini Penjelasan dan Solusinya untuk Kesehatan Mental Kita

31 Januari 2025   07:01 Diperbarui: 31 Januari 2025   06:45 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Awas Duck Syndrome! Ini Penjelasan dan Solusinya untuk Kesehatan Mental Kita, Photo by Hoang Le:pexels.com

Di lingkungan akademik, banyak mahasiswa yang merasakan tekanan besar untuk meraih nilai sempurna, mendapatkan beasiswa, dan menunjukkan diri sebagai yang terbaik. 

Di luar penampilan luar yang optimis, banyak dari mereka yang merasa sangat cemas dan terbebani dengan tuntutan tersebut.

Sebagai contoh, seorang mahasiswa mungkin selalu terlihat ceria dan sukses di mata teman-temannya, namun di dalam hati ia merasa terisolasi, stres, dan kesulitan untuk memenuhi standar yang ada.

Di dunia kerja, Duck Syndrome juga sering terjadi. Seorang pekerja yang tampil profesional dan penuh percaya diri di kantor, seringkali menyembunyikan perasaan stres atau ketidakmampuannya untuk menangani beban kerja yang tinggi. 

Mereka mungkin merasa takut jika mengungkapkan perasaan tersebut, akan dianggap kurang kompeten oleh rekan kerja atau atasan.

Kenyataan yang Sering Terjadi

Duck Syndrome dapat menimbulkan dampak buruk pada kesehatan mental seseorang. Ketika individu terus-menerus menekan perasaan dan emosi mereka, bisa menyebabkan kecemasan yang lebih tinggi, depresi, hingga kelelahan mental. 

Hal ini tentu saja dapat merusak kesejahteraan jangka panjang. 

Sebuah survei yang dilakukan oleh American College Health Association (ACHA) pada tahun 2021 menunjukkan bahwa 60% mahasiswa di Amerika mengalami kecemasan yang tinggi dan hampir 40% melaporkan gejala depresi, sebagian besar akibat tekanan akademik dan sosial yang tinggi.

Di Indonesia, meskipun belum ada data yang khusus mengenai Duck Syndrome, masalah kesehatan mental di kalangan pelajar dan pekerja muda semakin menjadi perhatian. 

Berdasarkan survei dari Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2020, sekitar 18% dari remaja di Indonesia mengalami gejala kecemasan dan depresi, yang sebagian besar berkaitan dengan tekanan akademik dan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun