Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keriuhan Dinamika Netizen Indonesia: Pola Pikir, Kebiasaan dan Tantangannya

11 Januari 2025   06:10 Diperbarui: 11 Januari 2025   06:37 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keriuhan Dinamika Netizen Indonesia: Pola Pikir, Kebiasaan dan Tantangannya, Photo by indra projects:pexels.com

Dilansir dari DataReportal tahun 2024, netizen Indonesia rata-rata menghabiskan waktu lebih dari 8 jam per hari di dunia maya, menjadikan mereka salah satu pengguna internet paling aktif di dunia. 

Aktivitas ini memunculkan berbagai dampak positif, seperti meningkatnya kreativitas dalam menciptakan konten. 

Platform seperti TikTok, YouTube, dan Instagram dipenuhi oleh kreator lokal yang berhasil menembus pasar global. 

Sebut saja penyanyi NIKI, Rich Brian, dan fenomena game streamer Indonesia yang kini memiliki pengaruh besar secara internasional.

Mengutip dari The Jakarta Post, netizen Indonesia juga terkenal dengan solidaritas mereka dalam mendukung isu-isu tertentu. 

Tagar seperti #KamiBersamaLombok atau #PrayForCianjur menjadi bukti bagaimana kekuatan netizen mampu menggalang bantuan kemanusiaan dalam waktu singkat.

Pola Pikir dan Kebiasaan Netizen Indonesia

Meski begitu, kebiasaan netizen Indonesia sering kali mencerminkan pola pikir yang impulsif. 

Dikutip dari Kominfo, 60% dari hoaks yang beredar selama pandemi di Asia Tenggara berasal dari atau menyasar netizen Indonesia.

Fenomena ini menunjukkan rendahnya tingkat literasi digital di kalangan masyarakat. 

Banyak yang mudah percaya pada informasi tanpa melakukan verifikasi terlebih dahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun